Lalu, mengapa ada orang yang “kebal” kopi, sementara yang lain sangat sensitif?
1. Faktor genetik - Ada orang yang tubuhnya cepat memetabolisme kafein sehingga efeknya cepat hilang. Sebaliknya, ada yang lambat, sehingga kafein bertahan lebih lama.
2. Toleransi - Peminum kopi rutin biasanya punya toleransi lebih tinggi. Tubuh mereka sudah terbiasa sehingga tidak terlalu terpengaruh.
3. Kondisi tubuh dan psikologis - Saat stres atau lelah, kopi bisa memperburuk kecemasan.
4. Jenis kopi dan penyajian - Espresso, kopi tubruk, atau kopi instan punya kadar kafein berbeda.
Itulah mengapa ada yang bisa tidur nyenyak setelah ngopi, sementara yang lain justru bergelut dengan mata yang enggan terpejam.
Ketika Kopi Punya Dua Wajah
Kopi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberi banyak manfaat: meningkatkan fokus, menambah energi, bahkan menyumbang antioksidan yang baik bagi tubuh.
Sejumlah penelitian juga menyebut konsumsi kopi dalam jumlah wajar dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson dan diabetes tipe 2.
Namun di sisi lain, jika berlebihan dan diminum di waktu yang salah, kopi bisa menjadi musuh tidur yang berkualitas.
Ngopi dengan Bijak