Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kopi Tubruk, Kopi Sachet, dan Tidur yang Hilang

6 Oktober 2025   08:48 Diperbarui: 5 Oktober 2025   15:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi tubruk murni kerap dianggap lebih ramah tubuh dibanding kopi instan kemasan. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Bagi saya, kopi bukan sekadar minuman. Ia teman kerja, penyemangat pagi, sekaligus penghibur saat lelah. Anehnya, tidak semua jenis kopi memberi dampak yang sama pada tubuh saya. Segelas kopi hitam murni (tubruk) buatan sendiri bisa saya nikmati tanpa masalah, bahkan tak mengganggu waktu tidur

Namun, begitu saya menenggak kopi kemasan sachet, tubuh saya justru bereaksi berbeda: jantung berdebar, kantuk hilang, dan tidur baru datang menjelang pagi.

Pengalaman ini membuat saya bertanya-tanya. Mengapa kopi murni terasa lebih “ramah”, sementara kopi sachet justru menghadirkan masalah?

Filosofi Kopi bagi Masyarakat Indonesia

Di Indonesia, kopi bukan sekadar minuman pengusir kantuk. Ia bagian dari budaya, simbol kebersamaan, sekaligus penanda waktu. Di desa, secangkir kopi hitam sering hadir di meja ruang tamu sebagai tanda keramahan tuan rumah. Di kota, kopi menjelma gaya hidup: nongkrong di kafe sambil bekerja atau bercengkerama.

Kopi juga menyatukan generasi. Orang tua terbiasa menyesap kopi tubruk di teras rumah, sementara anak muda memilih espresso atau latte di kedai modern. Namun esensinya tetap sama: kopi adalah medium untuk berbagi cerita, melepas penat, dan menemukan jeda di tengah hiruk pikuk kehidupan.

Tak heran, banyak orang mengaku harinya terasa belum lengkap tanpa secangkir kopi. Ia bisa hadir di pagi untuk menyambut aktivitas, siang untuk menambah semangat, bahkan malam untuk menemani obrolan panjang. Namun, justru pada titik inilah kopi kerap menunjukkan sisi lain: rasa segar yang berlebihan, mata yang enggan terpejam, hingga tidur yang hilang entah ke mana.

Fenomena ini kembali mengingatkan kita: dampak kopi pada tubuh dan tidur ternyata tidak sama bagi setiap orang.

Rahasia di Balik Rasa Pahit

Kopi murni umumnya hanya berisi biji kopi yang digiling dan diseduh. Rasanya pahit, aromanya kuat, dan kandungan kafeinnya jelas terasa. Sebaliknya, kopi sachet instan biasanya dicampur dengan gula, krimer, perasa, bahkan pengawet agar lebih praktis dan manis di lidah.

Kombinasi bahan inilah yang sering membuat tubuh bereaksi berbeda. Bukan hanya kafein, tapi juga kandungan gula dan krimer bisa memicu lonjakan energi sesaat, lalu diikuti rasa gelisah. Bagi sebagian orang, reaksi ini bisa membuat sulit tidur.

Kopi dan Kafein: Mengusir Kantuk, Mengundang Gelisah

Rahasia kopi ada pada kafein. Zat ini bekerja dengan cara menghalangi adenosin, senyawa di otak yang menimbulkan rasa kantuk. Akibatnya, tubuh tetap merasa segar dan berenergi meski sudah waktunya beristirahat.

Bagi sebagian orang, efek kafein bisa bertahan hingga enam sampai delapan jam. Itulah sebabnya menyeruput kopi sore hari kerap berujung pada tidur larut malam. Bahkan, pada mereka yang lebih sensitif, secangkir kopi kecil bisa cukup membuat malam panjang tanpa kantuk.

Dampak Konsumsi Kopi Berlebih pada Tidur

Minum kopi tentu tidak selalu buruk. Namun, bila berlebihan atau tidak tepat waktunya, kopi bisa mengacaukan tidur kita.

1. Sulit tidur (insomnia) - Kantuk tertunda, mata tetap terjaga meski tubuh lelah.

2. Tidur dangkal - Fase tidur nyenyak (deep sleep) menjadi lebih singkat, membuat tubuh tidak benar-benar pulih.

3. Pola tidur bergeser - Jam biologis tubuh (circadian rhythm) terganggu, tidur jadi larut, bangun pun sulit.

4. Efek jangka panjang – Jika berulang, bisa menyebabkan kelelahan kronis, stres, hingga meningkatkan risiko hipertensi dan gangguan metabolisme.

Tidak Semua Orang Sama

Lalu, mengapa ada orang yang “kebal” kopi, sementara yang lain sangat sensitif?

1. Faktor genetik - Ada orang yang tubuhnya cepat memetabolisme kafein sehingga efeknya cepat hilang. Sebaliknya, ada yang lambat, sehingga kafein bertahan lebih lama.

2. Toleransi - Peminum kopi rutin biasanya punya toleransi lebih tinggi. Tubuh mereka sudah terbiasa sehingga tidak terlalu terpengaruh.

3. Kondisi tubuh dan psikologis - Saat stres atau lelah, kopi bisa memperburuk kecemasan.

4. Jenis kopi dan penyajian - Espresso, kopi tubruk, atau kopi instan punya kadar kafein berbeda.

Itulah mengapa ada yang bisa tidur nyenyak setelah ngopi, sementara yang lain justru bergelut dengan mata yang enggan terpejam.

Ketika Kopi Punya Dua Wajah

Kopi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memberi banyak manfaat: meningkatkan fokus, menambah energi, bahkan menyumbang antioksidan yang baik bagi tubuh. 

Sejumlah penelitian juga menyebut konsumsi kopi dalam jumlah wajar dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson dan diabetes tipe 2.

Namun di sisi lain, jika berlebihan dan diminum di waktu yang salah, kopi bisa menjadi musuh tidur yang berkualitas.

Ngopi dengan Bijak

Agar tetap bisa menikmati kopi tanpa kehilangan hak tubuh untuk beristirahat, ada beberapa langkah sederhana yang bisa diikuti:

1. Batasi konsumsi. Tidak lebih dari 3-4 cangkir sehari.

2. Perhatikan waktu. Hindari minum kopi enam jam sebelum tidur.

3. Kenali tubuh sendiri. Jika sensitif, cukup minum di pagi atau siang hari.

4. Pilih jenis kopi. Sesuaikan porsi dan pilih kopi dengan kadar kafein lebih rendah jika perlu.

Seimbangkan gaya hidup. Cukup olahraga, hidrasi, dan istirahat akan membantu tubuh lebih tahan terhadap efek kafein.

Kesimpulan: Kopi, Tidur, dan Pilihan Kita

Bagi sebagian orang, secangkir kopi sachet di malam hari hanyalah teman ngobrol ringan. Bagi saya, ia bisa berarti semalam tanpa tidur. Pengalaman ini menjadi pengingat bahwa setiap tubuh punya cara sendiri merespons kopi.

Kopi murni mungkin aman bagi saya, sementara kopi instan instan justru mengusik tidur. Yang pasti, kunci utama ada pada bijak memilih dan mengatur waktu minum kopi. Dengan begitu, kita tetap bisa menikmati nikmatnya kopi tanpa kehilangan hak tubuh untuk beristirahat.

Karena pada akhirnya, kopi hanyalah secangkir minuman. Yang membuatnya berbahaya atau bermanfaat, adalah cara kita memperlakukannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun