Upaya kecil itu membuktikan: menyelamatkan gajah bukan hanya tugas negara, melainkan tanggung jawab kita bersama. Sebab, hilangnya gajah berarti hilangnya bagian penting dari ekosistem hutan.
Kini, jika gajah di Way Kambas bisa berbicara, mungkin mereka hanya akan berkata lirih: “Jangan biarkan kami menjadi dongeng untuk anak cucumu kelak.”
Pesan Ekologis Sang Raksasa Lembut
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sering disebut the gentle giant. Tubuhnya besar, tapi sifatnya lembut dan penuh ikatan sosial. Mereka hidup berkelompok, dipimpin induk betina tertua, dan menjaga kebersamaan layaknya keluarga manusia.
Di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, seekor bayi gajah lahir pada pertengahan Agustus 2025. Bayi jantan berbobot 67 kilogram itu menjadi kabar gembira di tengah keprihatinan panjang tentang nasib gajah Sumatera. Tangisan pertamanya terdengar bagai penegas, bahwa satwa karismatik ini masih berusaha bertahan, meski ancaman datang dari segala arah.
Kelahiran itu bukan sekadar penambahan angka populasi. Ia adalah simbol harapan, bahwa rimba masih punya denyut kehidupan. Namun di saat yang sama, ada pula kenyataan pahit: sepanjang 2024, empat ekor gajah mati di Way Kambas karena penyakit, dari hepatitis hingga virus herpes yang mematikan.
Ada pula yang tak tertolong akibat jerat pemburu. Seolah gajah ingin berkata kepada kita, “Kami masih ada, tapi masa depan kami bergantung pada pilihan kalian.”
Dalam ekosistem, gajah berperan sebagai penyebar biji. Buah yang mereka makan akan keluar bersama kotoran, menyuburkan tanah, dan melahirkan pohon-pohon baru. Dengan cara itulah hutan diperbaharui.
Tanpa gajah, siklus ini akan terganggu. Maka ketika gajah bicara, sejatinya mereka mengingatkan kita: kelestarian hutan tak bisa dilepaskan dari keberadaan mereka.
Sayangnya, habitat mereka terus menyusut. Deforestasi, perambahan, dan alih fungsi lahan telah memutus jalur migrasi kawanan gajah. Data Balai TN Way Kambas menunjukkan populasi gajah liar saat ini hanya sekitar 160-180 ekor, sementara gajah jinak yang berada di bawah perawatan konservasi berjumlah 62-64 ekor.
Angka ini jauh dari aman, mengingat populasi gajah Sumatera di seluruh pulau diperkirakan tinggal 1.600 ekor saja.