Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kenali Tanda Empati Palsu, Agar Terhindar dari Manipulasi Emosional

24 Agustus 2025   03:00 Diperbarui: 23 Agustus 2025   23:40 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi empati. (freepik via Kompas.com)

Memahami empati itu ternyata cukup rumit. Konsep ini tidak sesederhana hitam putih.

Orang sering menganggapnya ada dua jenis. Ada empati tulus dan empati palsu.

Kenyataannya jauh lebih berwarna juga berlapis. Kita perlu sadar untuk bisa memahaminya.

Tidak semua kepedulian berasal dari emosi. Sumbernya bisa saja sangat berbeda-beda.

Ada banyak lapisan di antara keduanya. Lapisan itu membentuk spektrum respons manusia. Respons itu terhadap perasaan orang lain.

Empati tidak selalu muncul secara alami. Empati bisa jadi sebuah keterampilan sosial.

Keterampilan ini bisa dipelajari dan dikembangkan (Central Test, 2023).

Kita belajar agar diterima lingkungan sosial. Kita melakukannya untuk menjaga harmoni bersama. Kita juga ingin terus membangun koneksi.

Manajer harus tampil ramah di kantor. Ia juga harus selalu bersikap pengertian.

Di sebuah acara duka yang sedih. Kita secara refleks mengucapkan belasungkawa.

Apakah kita ikut merasakan sedih mendalam? Jawabannya sebenarnya adalah belum tentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun