Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akhirnya ke Way Kambas: Serunya Bertemu Gajah, Catatan tentang Informasi dan Konservasi

15 September 2025   10:09 Diperbarui: 15 September 2025   10:09 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak hanya bertemu gajah, saya juga mendapat kesempatan mengenal para pawang dan pelatih yang setia merawat mereka. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

Salah satu aktivitas seru di Way Kambas: Jeep Adventure, berkeliling savana dengan kendaraan off-road. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)
Salah satu aktivitas seru di Way Kambas: Jeep Adventure, berkeliling savana dengan kendaraan off-road. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

Catatan Penting: Minim Papan Informasi

Satu hal yang cukup membingungkan adalah minimnya papan informasi. Bagi pengunjung pertama yang datang tanpa pemandu, hal ini bisa merepotkan. Misalnya, lokasi parkir tidak langsung jelas, peta lokasi tidak terlihat di titik strategis, dan informasi tiket tambahan pun kurang lengkap.

Contoh nyata, tiket parkir Rp10.000 ternyata harus dibayar terpisah, bukan termasuk tiket masuk. Karena tidak ada papan informasi yang jelas, banyak pengunjung awalnya salah paham.

Menurut saya, hal ini perlu diperbaiki. Pihak pengelola sebaiknya menambah papan petunjuk dan peta area agar wisatawan merasa lebih nyaman. Informasi sederhana seperti biaya tambahan, arah ke savana, hingga area interaksi gajah bisa membantu wisatawan menikmati kunjungan dengan lebih tenang.

Interaksi Pertama dengan Gajah

Setelah membeli makanan di pintu masuk savana, kami naik shuttle berkeliling. Dari balik kaca, pemandangan savana begitu menawan, dengan pepohonan dan suasana asri yang membuat hati tenang. Sesekali terlihat gajah berjalan santai bersama pawangnya-pemandangan yang langsung membuat anak-anak antusias.

Kemudian, sampailah kami di lokasi interaksi gajah. Dengan tiket Rp20.000, kami bisa masuk area khusus gajah sepuasnya. Kami sudah membeli pakan untuk diberikan kepada Nisa, kakaknya, dan induknya.

Inilah momen pertama kami melihat, menyentuh, dan memberi makan gajah secara langsung. Awalnya, ada rasa canggung dan takut. Ukuran gajah begitu besar, belalainya panjang dan kuat. Namun, di bawah pengawasan pawang yang ramah dan terlatih, rasa canggung itu berganti menjadi kegembiraan.

Anak-anak saya tak berhenti tertawa saat Nisa meraih makanan dari tangan mereka. Saya sendiri ikut merasakan momen magis: ada kedekatan, ada rasa percaya, dan ada kebahagiaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Kami pun berfoto bersama Nisa dan gajah lainnya. Momen ini terasa begitu istimewa, mendebarkan sekaligus membahagiakan.

Inilah Nisa, gajah mungil yang viral karena kelucuannya. Benar saja, ia tak bisa diam sesaat pun. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)
Inilah Nisa, gajah mungil yang viral karena kelucuannya. Benar saja, ia tak bisa diam sesaat pun. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun