Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Rajabasa Sepi, Apakah Kita Masih Butuh Terminal?

24 Juli 2025   10:00 Diperbarui: 24 Juli 2025   23:26 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Masuk Terminal Tipe A Rajabasa. Sumber: Dok Pribadi/Tupari

5. Pusat Edukasi Masyarakat

Sebagian ruang bisa dimanfaatkan untuk pelatihan digital, literasi keuangan, bimbingan belajar gratis, hingga program pemberdayaan perempuan. Ini akan membuat terminal menjadi ruang inklusi, bukan hanya titik transit.

Bukan Soal Bangunan, Tapi Soal Hak Bergerak

Terminal Rajabasa adalah lebih dari sekadar tempat naik-turun penumpang. Ia adalah simbol. Tempat yang menyimpan banyak kenangan: dari kisah murid miskin yang ingin kuliah, hingga cerita keluarga yang menunggu kepulangan orang tercinta.

Kini, ketika terminal itu sepi, kita tidak boleh memandangnya hanya sebagai bangunan tak terpakai. Terminal ini masih punya potensi dan masih bisa hidup kembali.

Entah sebagai terminal transportasi yang direvitalisasi, atau sebagai ruang publik urban yang fungsional dan membahagiakan. Yang jelas: jangan biarkan mati percuma.

Karena ketika terminal ditinggalkan, yang hilang bukan cuma ruang fisik. Tapi juga hak rakyat untuk bergerak, berkarya, dan bermimpi.

Salah satu area Terminal tipe A Rajabasa yang juga terlihat sepi dari aktivitas. Sumber: Dok Pribadi/Tupari
Salah satu area Terminal tipe A Rajabasa yang juga terlihat sepi dari aktivitas. Sumber: Dok Pribadi/Tupari

Penutup

Saya tak lagi remaja yang ketakutan di sudut terminal. Tapi aku masih percaya bahwa tempat ini punya daya. Terminal Rajabasa bisa menjadi titik balik jika kita mau melihatnya bukan sebagai beban kota, melainkan peluang kota untuk berbenah dan berkembang.

Maka pertanyaannya bukan lagi: Apakah kita masih butuh terminal?

Melainkan: Berani kah kita menjadikannya lebih dari sekadar terminal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun