Kembali ke poin awal bahwa pengusaha besar pun berutang. Selain untuk modal, utang sejatinya dapat dijadikan sebagai sarana melatih kedisiplinan dan konsistensi, serta cambuk agar berusaha giat dan berbuat lebih baik.
Satu lagi, jangan pula berutang untuk membayar biaya keperluan nikah. Kebahagiaan Anda di hari pernikahan akan berakhir mengenaskan di hari berikutnya. Kado dari para undangan tidak selalu dalam bentuk uang, maka jangan berharap akan balik modal usai pesta.
Ketiga, berutanglah kepada satu pihak. Hal ini akan memudahkan Anda membayar cicilan plus bunga. Termasuk di saat Anda kesulitan melunasinya, hanya pihak itu saja yang memperkarakan Anda di pengadilan.
Keempat, carilah pemberi utang yang punya rekam jejak baik. Artinya lihatlah apakah sudah banyak orang yang berutang di tempat yang sama atau tidak, pelajari apakah si pemberi utang berstatus legal dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan selanjutnya menerapkan perjanjian tertulis berkekuatan hukum. Dengan begitu, Anda tidak akan diperlakukan sewenang-wenang.
Kelima, meskipun si pemberi utang tidak menuntut jaminan apa pun dari Anda, pastikan bahwa Anda memilikinya. Harus ada sesuatu yang bisa Anda serahkan atau gadaikan bila di kemudian hari Anda tidak sanggup melunasi utang.
Keenam, renungkanlah betapa susahnya hidup orang-orang yang memiliki utang. Mereka pasti tidak nyaman karena dihantui rasa cemas, malu dan takut. Kalau Anda ingin hidup lepas bebas, maka sebaiknya jangan berutang.
Cukupkanlah hidup Anda dengan beban utang budi dari orang-orang yang selama ini berbuat baik terhadap Anda.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI