Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part I] Di Balik Sebuah Cerita

27 November 2016   18:04 Diperbarui: 30 November 2016   19:09 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kawasan pendesaan (sumber : http://media.dinomarket.com/)

Udara malam yang kian dingin, membuat posisi rina merapat ke arah pak giran dimana tangan kiri tua beliau telah melingkar di bahunya, terlihat sesekali tangan kiri tua itu memijit bahu maupun kuduk tak terlihat adanya penolakan dari tubuh rina. 

"udah nduk.. tduran di paha bapak aja" ujar si ibu dengan polos nya yang di sambut tawa rina.

" gak papa buk, gak enak.. malu ah sama ibu". ujar rina sembari tersenyum dan wajah yang bersemu memerah.

Terlihat pak giran berbisik sesuatu yang membuat rina tertawa dan disambut oleh si ibu yang seakan dapat mendengarkan bisikan si bapak. Tanpa rasa canggung rina bergelayut manja sembari kepalanya bersandar di pundak tua pak giran yang disambut elusan lembut di rambut panjangnya.

Bu giran hanya bisa geleng-geleng kepala bercampur tawa tanpa adanya rasa cemburu terlihat diwajahnya yang melihat tingkah kedua insan tersebut. Aku kemudian teringat akan kedua orang tua rina yang telah tiada, mungkin itu yang membuat rina merasa nyaman dan tanpa canggung bersikap manja dengan pak giran. 

Aku pun beranjak dari tempat pengintipan menuju ke kamar untuk mengecek keadaan anak-anak yang ternyata masih terlelap dalam buaian mimpi indahnya.

Aku membaringkan diri di samping anak-anak, sembari mencium kening keduanya. Dipan sederhana dipadu dengan dinding anyaman rotan ini menambah kenyamanan kamar yang sedang ku tempati ini. 

Tak terasa aku pun terjaga dari tidur yang tak kurencanakan ini, aku terbangun karena ingin buang air kecil. Ku lihat sekeliling ternyata istri ku telah tertidur diantara aku dan anak-anak, terlihat jelas raut wajah yang bahagia dan senyum menghiasinya. Aku pun bangkit untuk menuju ke kamar mandi yang terletak dibelakang bersebelahan dengan dapur.

Saat baru keluar terdengar "suara-suara aneh" yang berasal dari kamar pak giran. Suara-suara aneh yang berasal dari perbuatan orang dewasa yang biasa dilakukan oleh sepasang suami istri.

Di usia beliau yang sudah tua begitu ternyata aktivitas malam pun masih berlanjut, kataku dalam hati sembari menahan tawa geli yang memang tak menyangka bahwa pak giran memang masih bergairah dalam hal hubungan suami istri.

***

*bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun