Pak, lelahku tak berujung
Tangisku tak mereda.
Ku usap berkali-kali pun masih sama,
masih merindukan dirimu yang jauh di sana.
Pak, dunia kejam pada putrimu.
Mereka memaksaku dewasa,
tapi aku masih ingin menjadi anakmu
yang selalu di timang-timang dalam dada.
Pak, seandainya aku tahu.
Bahwa dinginnya lantai rumah sakit,
tak sebanding dinginnya tubuhmu
yang kupeluk terakhir kali.
Pak, jika saja aku tak mengeluh kala itu.
Akankah kau masih ada di sini?
menertawai cerita yang tak penting itu,
hingga terlihat berseri-seri.
Pak, katanya aku tak boleh menangis.
Lantas, harus apa untuk melepaskan ini?
Akankah aku harus diam dan diam,
dalam hening malam yang menusuk jiwa.
Pak, jikalau aku bisa meminta pada dunia,
kuingin kau datang ke mimpiku.
Bisikkan bahwa aku cukup hebat,
telah jadi anak yang kau banggakan itu.
Pak, kemana lagi nilai ini harus kubanggakan?
Pada siapa aku harus memamerkan?
Biarkan saja kudengar pujian manis itu,
sehingga pipi ini merona malu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI