Essi 85 - Ambang Tumbangnya Koruptor Hambalang
Tri Budhi Sastrio -KasidiÂ
Dalam sebuah e-artikel dengan judul yang sama yang
      situsnya dapat dibuka di maya
Ada pernyataan ditulis sesaat setelah sang mantan
      bendahara di mancanegara
Cuap-cuap nyatakan bahwa bukan dirinya paling
      tanggung jawab dalam ini perkara
Karena sang bos yang punya strategi kerja dan rencana,
      hanya anehnya kata dia
Meskipun ini sudah disampaikan depan TPF dan dewan
      pembina eh, tetap saja
Dirinya yang dianggap paling bersalah jadi sutradara
      besar dibalik ini perkara.
Tentu saja sang mantan bendahara berang luar biasa, tapi
      sepertinya dia lupa
Bahwa dalam politik korbankan bidak untuk selamatkan
      perwira, hal yang biasa.
Karenanya ... ha ... ha ... ha ... engkau ini bagaimana,
      wahai mantan bendahara
Selama masih bisa tentu engkau saja yang akan jadi
      tumbal sedangkan mereka
Akan terus asyik bercanda dan siapkan strategi baru guna
      keruk uang negara.
Hanya saja ... entah ini kebetulan atau memang sudah
      takdir yang maha kuasa
Skenario yang disiapkan tidak jalan, engkau tertangkap
      dan para pejabat KPK
Berganti nama serta wajah dan akibat logisnya tentu saja
      jadi mudah diterka.
Perlahan tetapi pasti semua sutradara akan terkuak dan
      dijadikan tersangka.
E-artikel ditutup dengan berkata meskipun yang
      disampaikan si Nazar secara
Legal formal memang masih harus dibuktikan tapi adalah
      terlalu mengada-ada
Serta naif kalau katakan para elit puncak partai demokrat
      sama sekali tidak ada
Yang mengetahui masalah ini, termasuk sang ketua dan
      para dewan pembina.
Memang berat ungkapkan kebenaran, apalagi kebenaran
      tampar sendiri nih muka.
Hanya rasanya lebih baik tampar sendiri sekarang,
      daripada tamparan datang tiba
Dari orang-orang di luar sana, karenanya ayo dewan
      pembina buka saja semuanya
Mungkin tak perlu dibuka lewat pidato di depan publik,
      yang hanya naikkan citra
Tetapi cukup dengan tindakan langsung, pecat saja
      semua elit partai pendusta,
Yang tidak jujur, korup dan keahliannya sogok sana
      sogok sini pakai uang negara.
Sang jelita yang mantan pujaan kaum gadis remaja eh
      sekarang jadi tersangka,
Dan hampir pasti ini nona jelita membuka perilaku
      curang dan kata-kata dusta
Dari elit partai dan para kolega yang ... kata dia ... tega-
      teganya korbankan dia
Yang sudah berbuat banyak hal dan usaha guna majukan
      partai dan elit-elitnya.
Perkara wisma atlit memang jauh dari final dan selesai
      tetapi konon kabarnya,
Proyek hambalang lebih dahsyat lagi permainannya
      karena ratusan milyar dana
Mengalir sampai jauh sebelum masuk kocek para elit
      partai termasuk sang ketua.
Jika ini memang benar adanya lalu bagaimana bisa
      mereka, terutama itu ketua
Tetap dengan wajah tenang di depan kamera media
      berkata bahwa semua berita
Dusta dan tidak benar adanya, lalu ... ini yang tidak
      masuk dan akal dan logika,
Tugas partai, ketua umum dan jajarannya adalah kerja,
      kerja, dan kerja, bukannya
Urusi berita dusta yang disebarkan segelintir orang yang
      tak bagus kredibilitasnya.
Tentu saja slogan kerja, kerja, dan kerja, bagus dan tepat
      dijalankan siapa saja,
Tetapi kalau slogan nan luar biasa ini dijadikan tameng
      perilaku korup dan dusta
Tentu saja tidak bisa diterima, karenanya walau belum
      sandang status tersangka   Â
Tetapi karena si jelita pujaan kaum remaja sudah tak
      mungkin hindari perkara
Dan sudah pasti jalan berkelok yang ditempuhnya akan
      sampai juga ke ketua
Kan lebih baik sekarang saja para pendusta ini
      diistirahatkan dari ruang kerja
Daripada nanti setelah dipaksa KPK dengan status
      pendusta dan tersangka.
Dengan catatan kalau pihak istana benar tak ikut terlibat
      dalam jalinan dusta.
Essi 85 - tbs/kas -- SDA28012012 -- 087853451949
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI