Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi nomor 84 - Anggaran Berbasis Korupsi

18 September 2025   11:09 Diperbarui: 18 September 2025   11:09 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.deviantart.com/monnoka/art/Corruption-973635013


Essi 84 - Anggaran Berbasis Korupsi
Tri Budhi Sastrio - Kasidi

Setelah mungkin hanya presiden Indonesia yang diberi
      gelaran pendusta
Sekarang tiba giliran parlemen dan sebagian anggota,
       khususnya mereka
Yang bertanggung jawab menyusun anggaran, apakah
       anggaran miliknya
Pemerintah atau anggaran mereka sendiri, pokoknya itu
       anggaran negara,
Mendapat gelaran yang sama bahkan kini ada embel-
        embel tambahannya,
Banggar DPR sangat piawai menyusun bukannya
       anggaran berbasis kinerja.
Juga bukan anggaran berbasis keperluan, melainkan
       anggaran istimewa,
Anggaran berbasis rekanan yang kemudian
        disempurnakan oleh mereka
Menjadi anggaran berbasis komisi dan korupsi dan ini
        praktek sudah lama,
Sampai-sampai semua orang tidak lagi terkejut jika dari
       sana ada berita
Berkaitan dengan komisi dan korupsi ... ha ... ha ... ha ...
       bahkan tertawa ria,
Lho bukankah ini yang selama ini dikerjakan mereka,
       susun anggaran negara
Berdasarkan besarnya komisi dan celah korupsi,
       bukannya berbasis kinerja.
Pertanyaan mendasar lanjutannya, sebenarnya sih tidak
       apa-apa jika mereka
Hanya punya hak susun anggaran semata bukan hak
       pengawasan semesta.
Mereka boleh susun anggaran berbasis komisi dan
       korupsi, pengawasnya        
Kan bisa mencegah, menghentikan dan bahkan menyidik
       mereka semua.
Tetapi jika mereka yang buat juga yang menjadi
       pengawas ini geng mafia,
Hasil akhirnya dapat diterka, semua anggaran pasti tidak
      beres hilirnya
Karena memang sudah sejak di awal hulu sana niatnya
      memang komisia
Dan korupsinya dilakukan secara bersama-sama ... ah ...
      dasar mafia.

Sayangnya perilaku menyimpang ini memang disuka dan
           dilakukan para
Wakil rakyat dan para pejabat negara sehingga tidak
           mengherankan jika
Pemberantasannya sulit luar biasa dan bahkan mungkin
           mustahil jadinya.
Dari hulu ke hilir, dari mata air ke lembah muara,
           semuanya seia-sekata
Susun dan jalankan anggaran berbasis korupsi buatan
            para wakil dewa
Yang memang sengaja dipilih guna merampok habis-
            habisan uang negara.
Akibatnya jelas terasa dan terlihat kasat mata, orang
            miskin di mana-mana
Hanya bisa menatap nanar melihat bagaimana tumpuan
            harapan mereka
Sibuk berfoya-foya dengan uang yang seharusnya
            entaskan kaum papa.
Mereka sebenarnya melihat ini semua tetapi mengapa
            sepertinya buta?
Mustahil jeritan tangis tak terdengar, tetapi nyatanya?
            Mereka tuli semua.
Tak masuk logika jika jiwa mereka tak tersentuh
            penderitaan kaum hina?
Faktanya? Semua sukma jiwa tampak tak berkaitan
            dengan nurani mulia.
Yang papa, hina dan nista silahkan saja terus menderita
            kan itu takdirnya.
Yang kaya, mulia dan kuasa tak ada salahnya foya-foya
             toh itu harta mereka
Walau sebagian besar tentu saja didapatkan dari
            merampok uang negara.
Lalu sekarang bagaimana, mungkin yang tak berdaya
            terus bertanya-tanya.
Haruskah kami menghajar mereka tanpa perlu bertanya
            dan mengiba-iba?
Lalu bagaimana dengan ajaran agama yang haruskan
            mengasihi sesama,
Termasuk juga mereka yang bejat durjana dan perompak
            uang negara.
Inilah dilema kaum papa jika bertindak langsung turutkan
            nafsu semata,
Tetapi jika diam saja eh ... tuh mafia ... semakin heboh
            dan merajalela,
Bukan saja tak kenal takut dan malu, tapi dianggapnya
            semua kaum papa
Bodoh goblok, tak mengerti dan tak paham tindakan
            kaum pintar cendekia.
Reformasi sudah berlalu tetapi apa hasilnya? Hampir nol
            besar faktanya.
Lalu bagaimana dengan revolusi? Memang belum, hanya
            tanda-tandanya ada.

Essi 84 - tbs/kas -- SDA27012012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun