Essi 202 -- Meluruskan Purbasangka Purba
Tri Budhi Sastrio
Sepanjang sejarah peradaban rasanya tidak pernah
   ada purbasangka
Yang mendominasi konsep-konsep pemikiran manusia
   sedemikian rupa
Dibandingkan dengan sejumlah prasangka purba
   yang entah mengapa
Ternyata memang sudah ada sedari masa penciptaan
   manusia pertama,
Meskipun pernyataan ini tentu saja terbatas bagi
   mereka yang percaya,
Tetapi karena jumlah yang percaya besarannya
   amat sangat luar biasa,
Maka pengaruhnya juga tidak bisa dianggap hal
   yang lumrah dan biasa.
Pengaruhnya sangat luar biasa hingga semua
   sendi peradaban manusia
Ikut menampilkan warna dan nuansa betapa
   hebatnya ini purbasangka.
Simak saja karya sastra umpamanya, wah ...
   bertebaran di mana-mana,
Dalam banyak karya, entah yang di satu tempat
   saja atau yang mendunia,
Perbincangan tentang purbasangka ini seringkali
   sangatlah mengemuka.
Tetapi sebelumnya ada baiknya melihat kitab suci
   sebagai rujukan utama.
Kata 'iblis' paling tidak dapat ditemukan dalam
   78 ayat kitab suci mulia,
Dan 64 di antaranya dicatat oleh para murid sang nabi
   utusan dari surga.
Yang menarik adalah kata 'setan' yang entah
   mengapa tak ada rujukannya
Dalam kitab-kitab lama, hanya ada dalam catatan
   para murid dan rasulNya,
Rupanya setan bukan kata yang pas menggantikan
   kegelapan kuasa dunia,
Bahkan juga bukan kata yang tepat menggantikan
   'roh jahat' pada masanya.
Roh jahat dicatat empat puluh empat kali oleh para
   murid nabi utusan surga,
Sedangkan kata 'setan' -- entah kebetulan atau
   bagaimana -- jumlahnya sama,
Sama-sama 64 ayat yang memuatnya dalam catatan
   para murid nabi surga.
Sedangkan di tanah Jawa untuk menyebut setan, iblis,
   dan lain padanannya,
Wah, banyak benar istilahnya, mulai dari bagaspati
   sampai wawa, contohnya.
Semua yang jahat, sesat dan gelap sejak lama
   telah dipersepsi oleh manusia
Pasti bukan berasal dari surga, karena mereka
   memang di neraka tempatnya,
Kemudian mereka semua akan beramai-ramai
   melanglang buana ke dunia,
Sebagai utusan dan duta dari neraka dengan
   tugas utama menggoda manusia.
Inilah persepsi umat manusia, inilah purbasangka
   purba, yang entah mengapa
Terus melekat dan merasuk dalam-dalam lalu
   membingkai nurani, otak dan jiwa.
Akibatnya pun tidak tanggung-tanggung, bahkan bisa
   dikata sangat luar biasa
Tidak satu pun manusia waras yang sudi bersimpati --
   bahkan sedikit saja --
Pada ini mahluk utusan neraka, penggoda dan
   penyesat manusia, musuh sorga.
Pendek kata semua menyatakan perang pada iblis,
   setan, roh jahat dari neraka.
Ya perang yang baka, perang tak berkesudahan
   sepanjang masa, sementara
Sang iblis, setan, dan roh jahat meski tak jelas
   lantang bergema tetapi bisa saja
Mereka sebenarnya terus bertanya-tanya sambil
   mengumpat-umpat tak percaya.
Lho, apa salah kami ... Â apakah karena kami sering
   menyesatkan dan menggoda?
Tapi ini kan titah yang mahakuasa, yang memang
   diberikan pada kami di neraka?
Memangnya kami bisa menggoda dan menyesatkan
   manusia tanpa ijin Beliaunya?
Hai, manusia jangan kalian picik ya ... kami ini juga
   hamba Bapa yang di surga ...
Tanpa ijin dan perkenanNya mana bisa kami datang
   ke dunia sesatkan dan goda,
Bahkan yang inipun sebenarnya tugas mulia yang
   diberikan Dia pada kami semua.
Ya menggoda ... ya menyesatkan ... inilah tugas mulia
   kami semua ... hanya saja,
Bukannya kalian mengapresiasi dan menghargai
   kami semua dengan tugas mulia,
Eh malah kami dibenci bahkan jauh sebelum kami
   datang dan sempat menggoda.
Benar-benar keterlaluan kalian semua, tetapi tentu
   saja tidak apa karena ini sabda,
Sabda dan titah langsung dari sang mahapemberi
   titah ... kami bangga karenanya.
Kemudian yang juga aneh, ajaib tapi nyata, ketika
  kami belum sempat menggoda,
Bahkan ketika kami semua memang tidak sedang
   dan berniat menggoda manusia,
Karena untuk apa toh tanpa disesatkan dan digoda
   kalian sebenarnya runtuh juga.
Runtuh dengan sendirinya karena iman dan takwa
   kalian tidak jadi landasan jiwa,
Tetap saja semua ketidak-beresan ditimpakan pada
   kami semua ... yah sial juga.
Tapi seperti kata kami sebelumnya, tidak apa-apa,
   karena semua kerja dan karya
Adalah atas perkenan, ijin, dan bahkan titah sabda
   mahajunjungan kami semua.
Kalian kutuk kami, yah tidak apa ... kalian laknat kami,
   itu juga biasa-biasa saja,
Kami mampu dan bisa menerima itu semua, karena
   begitulah Dia mahapencipta
Melengkapi kami semua ... hanya saja ... tidak
   jengahkah kalian wahai manusia,
Kami tidak salah apa-apa, umpatan dan laknatnya
   kalian timpakan atas kepala.
Kami diam kalian benci ... kami tenang kalian kutuk
   dan laknat berkepanjangan.
Ha ... ha ... ha ... betapa rapuh rentan wahai kalian
   manusia, hanya untungnya
Sang nabi utusan surga berkenan datang membawa
   berkah penyelamatan jiwa,
Kalau tidak, jangankan ke sorga mulia, ke neraka saja
   kalian kami tolak semua.
Lebih baik menjadi raja di neraka daripada menjadi
   budak dan hamba di sorga,
Pernah diucapkan seorang tokoh rekaan dalam
   karya sastra drama kelas dunia.
Ha ... ha .... ha ... tentu saja ini olok-olok belaka,
   walau memang amat luar biasa.
Kalau boleh memilih untuk apa kami diam di neraka
   jika di sorga ada tempatnya.
Tetapi kadangkala bukan pilihan yang utama
   melainkan ketetapan yang kuasa,
Dan kami semua taat pada Dia, ke sorga kami terima,
   ke neraka kami katakan ya,
Memangnya apa yang bisa kami kerja laksana
   kecuali atas titahMu yang kuasa?
Bahkan kepada Sang Putra Sorga yang diutus ke dunia,
   kami juga taat sepenuhnya.
Kau perintahkan agar jangan menggoda, maka kami
   akan segera berhenti bekerja.
Kau perintahkan kami masuk ke babi-babi di Gerasa,
   lalu mencebur ke laut binasa,
Kami juga taat sepenuhnya, karena memang itulah
   perintah untuk diri kami semua.
Taat dan taat semata, pada semua perintah sabda,
   dan mana bisa kami menggoda
Kalau ijin dan perkenan tak ada ... Â sejak jaman purba
   sampai masa dunia maya,
Sikap kami tak pernah berubah, taat dan setia pada
   perintah dan sabda mulia.
Diminta menggoda kami kerja, walaupun semakin
   sering saja kerja kami sia-sia,
Bukan karena manusia semakin hebat menangkal
   goda kerja kami setan neraka,
Tetapi karena mereka ternyata runtuh tak setia
   dan percaya dengan begitu saja.
Tak perlu kami goda, semua semakin mudah saja
   seringan gerak bibir mereka,
Yang hanya pandai berbakti dan memuja nama
   yang empunya sorga, sementara
Perintah sang Putra yang turun diutus ke dunia
   hanya asyik jadi diskusi semata.
Empati dan kasih pada sesama itulah perintahNya,
   tetapi semakin sedikit saja
Yang benar-benar mau melaksanakannya, dan ...
   ini anehnya ... eh ... ternyata
Lebih banyak kami yang menjalankannya ...
   ha ... ha ... ha ... dasar manusia ...
Â
Essi nomor 202 -- SDA15092012 -- 087853451949