Pertemuan segelintir orang yang mencoba menyiapkan keadaan dan kehidupan masa datang itu akhirnya berakhir juga ketika Jenderal Hartoyo menyerahkan map merah pada Mayor Kasmin.
"Anda mendapat kehormatan membaca dokumen dan semua latar belakang pemikiran proyek ini, Mayor!" kata Jenderal Hartoyo. "Semoga setelah membaca penjelasan rinci ini anda tidak beranggapan bahwa misi ini adalah misi bunuh diri. Kami telah mempersiapkan dan merencanakan semuanya sesuai dengan kemampuan, dan tentu saja sesuai dengan kemampuan anda, Mayor! Selamat mempelajari dokumen itu, dan sampai jumpa besok pagi di landasan peluncuran. Saya yang akan mengantar anda masuk ke dalam pesawat!"
Cuma Mayor Kasmin yang masih belum beranjak dari tempatnya ketika semua orang sudah keluar. Haruskah dia membaca semua keterangan dalam map itu atau tidak usah saja? Semakin banyak orang mengetahui sesuatu biasanya semakin banyaklah pertimbangan dan kekhawatirannnya.
"Aku sudah menerima tugas ini mengapa aku masih harus banyak bertanya?" tanya Mayor Kasmin pada dirinya sendiri. Mayor Kasmin mendorong map merah itu ke tengah meja dan tersenyum lebar. "Aku tidak perlu membaca keterangan ini toh nanti aku akan bertemu dengan bendanya. Semua  penjelasan tentang bintang berekor dalam map ini pasti lebih banyak didasarkan pada asumsi dibandingkan dengan fakta!"
Mayor Kasmin keluar dari ruangan itu meninggalkan map merah sambil bersiul-siul gembira.
Keesokan harinya, pukul  08.00 WIB, tepat seperti yang direncanakan, pesawat PEBIKOR X-1, melesat ke angkasa biru.
Kapan Mayor Kasmin kembali ke Bumi? Tidak ada yang tahu! Para ilmuwan tidak tahu. Jenderal Hartoyo tidak tahu. Bahkan Mayor Kasmin sendiri pun tidak tahu.
Ilmu pengetahuan pada mulanya memang berawal dari ketidak-tahuan. Dia Yang Mahatahu yang setitik demi setitik memberikan 'kemahatahuannya' pada manusia. Semoga manusia tidak menyia-nyiakan titik-titik kecil itu. (R-SDA-12122020)