Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Masa Depan: Memburu Bintang Berekor

13 Desember 2020   14:52 Diperbarui: 13 Desember 2020   14:57 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/453737731208642175/

"Sampai saat ini cuma saya, Kolonel Suwandi, Presiden, dan beberapa pejabat tinggi saja yang tahu isi map merah ini!" kata Jenderal Hartoyo sambil mulai membuka map merah. "Sampai saat ini baru ada lima negara yang pernah mencoba mengikuti bintang berekor. Misi mereka memang tidak bisa dikatakan gagal tetapi juga tidak bisa dikatakan berhasil. Mengapa? Karena sampai saat ini mereka tetap buta inti materi bintang berekor. Mereka cuma bisa menduga-duga saja! Nah, kita sekarang tidak lagi cuma menduga-duga. Kita akan mengambil inti materi tersebut. Kita akan membawanya kembali ke Bumi dan mereka harus membeli dari kita kalau mereka ingin tahu. Inilah tujuan kita ditinjau dari segi bisnis!"

"Tetapi apakah anda pikir kita akan menjual bahan tersebut? Tidak saudara-saudara! Tidak satu gram pun bahan tersebut yang akan dijual. Kita baru akan menjualnya pada mereka kalau puluhan ribu ilmuwan kita berhasil menemukan sesuatu yang berguna dan berharga untuk diolah. Saya percaya ini! Jutaan tahun bintang berekor menyala. Jutaan tahun mereka berkelana. Mengapa materi tersebut tetap bertahan? Siapa yang beranggapan materi tersebut biasa-biasa saja maka dia salah besar. Pasti ada sesuatu yang hebat di sana. Nah, sesuatu inilah yang ingin diketahui. Jadi adalah tugas anda Mayor Kasmin untuk mewujudkan impian ini."

"Saya dan para ilmuwan kita percaya bahwa  ada sejenis logam atau materi yang luar biasa di sana. Logam atau materi yang sanggup menyala jutaan tahun tanpa perlu menjadi habis. Kalau logam atau setidak-tidaknya materi tersebut bisa dimodifikasi sesuai dengan keperluan kita, apakah ini bukan berarti kita mendapat sumber energi abadi?"

Jenderal Hartoyo berhenti sejenak. Dia memperhatikan lembaran kertas di map merah.

"Matahari, menurut pengamatan para ilmuwan kita, setiap harinya cenderung semakin mengecil, untuk kemudian suatu ketika akan cuma tertinggal noktah tak bercahaya, tergantung di angkasa sana. Sedangkan Bintang Berekor, bukannya semakin kecil, malah kadang-kadang ditemukan mereka semakin membesar. Apa makna ini semua? Bahan dasar mereka berbeda. Nah, perbedaan inilah yang ingin diketahui. Sadarkah anda Mayor, manfaat besar macam apa yang akan diwariskan pada anak cucu kita kalau  bisa mendapatkan logam atau materi hebat itu? Apalagi kalau suatu ketika nanti kita mampu memproduksinya secara besar-besaran? Bumi tidak akan pernah kekurangan energi lagi! Bumi tidak lagi perlu menggantungkan kebutuhan energinya pada planet dan bintang lain. Bumi bisa membuat bintangnya sendiri, bisa membuat matahari dan bulannya sendiri."

Suara Jenderal Hartoyo bergema tenang menyeruak bersama-sama dengan ambisi dan harapan anak manusia. Yang hadir terdiam, tidak terkecuali Mayor Kasmin.

"Kita harus berdiri dengan kemampuan kita sendiri kalau tetap ingin bertahan di alam semesta ini. Kita tidak boleh cuma menunggu alam semesta memberi kesempatan hidup. Tidak! Kita harus berupaya dengan akal dan pikiran sendiri untuk menjamin kelangsungan hidup kita sendiri!"

Ruangan kembali hening begitu gema suara Jenderal Hartoyo hilang.

Bila ambisi dan harapan berbaur menjadi satu memang gemanya akan memantul panjang dan lama. Mungkin inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lannya. Mereka berpikir dan terus berpikir sampai melewati batas-batas kemanusiaan mereka sendiri. Tidak sadarkah kalau pada akhirnya, bukan ambisi dan harapan, bukan akal dan pikiran, bukan kecerdasan dan ketekunan yang berbicara, tetapi kekuasaan Yang Mahatinggi di sanalah yang akan berbicara?

Tetapi manusia tidak kenal puas dan kadang-kadang terlalu khawatir pada hasil karyanya sendiri. Mereka selalu tidak puas dan ingin lebih. Seringkali mereka berpikir pantaskah mereka yang diberi kemampuan akal pikiran cemerlang cuma tinggal diam menghadapi takdir masa depannya? Tidak berusaha berbuat sesuatu dan bersiap-siap kalau seandainya semua fasilitas yang diberikan oleh Dia, ditarik kembali? Apa yang akan terjadi kalau tiba-tiba saja oleh Dia matahari sumber segala kehidupan di bumi ini ditarik dari peredarannya?

Jenderal Hartoyo adalah salah seorang pembuat keputusan yang meyakini kebenaran konsep berpikir seperti ini. Tidak mengherankan kalau Pusat Antariksa Nasional melakukan proyek yang sangat ambisius ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun