"Kau bisa berubah menjadi lebih baik dan aku tau kau pasti bisa Yud."
"Yuda yang kau kenal sudah tidak ada lagi, kau tidak tahu apapun tentangku yang sekarang."
Yuda meletakkan catatan dan bolpoinnya itu dan mulai menaruh pandangannya kepada teman lamanya.
"Aku lelah, aku lelah menjadi orang baik. Aku lelah menjadi kalah, aku lelah menjadi rendah. Di dunia yang kita tinggali sekarang. Kebaikan tak dapat membuat kita bertahan. Kebaikan hanya akan membuat kita terbuang. Aku lelah menjadi hina."
"Di dunia ini yang paling tega adalah pemenangnya. Dunia ini bukanlah tempat untuk manusia, dunia ini mengajarkan kita menjadi iblis yang sebenarnya."
Pria yang sedang dihadapan Yuda pun hanya bisa terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh teman lamanya itu, bahkan ketika menerima kopi yang telah dipesannya ia hanya melihat itu sebagai kenangan.
Pria ini adalah malaikat yang hanya ditugaskan untuk mengingatkan Yuda hingga lehernya tumbuh jakun. Tapi ia malah merasa simpati dan menemani Yuda sedari kecil hingga sekarang, walaupun Yuda tak mengetahuinya. Ia tak ingin Yuda masuk neraka. Ia tak ingin Yuda menjadi manusia yang gelap mata. Bagi malaikat, ini bukanlah hanya sekedar tugas.
Dulu, Yuda adalah anak yang sangat baik. Ia tak pernah berpikiran jahat sekalipun ia sering menerima perlakuan jahat. Hatinya sangatlah bersih dan suci. Tak ada kebencian yang menyelimutinya. Yuda selalu senang membantu orang lain.
Dahulu, keluarga Yuda bisa dibilang berkecukupan. Namun semua berubah saat usaha ayahnya gulung tikar. Lalu mereka hanya tinggal di rumah kecil dan kebanyakan hartanya dijual untuk kebutuhan hidup. Berkali-kali mencoba usaha lain namun tak ada yang berhasil.
Hingga pada akhirnya ayahnya bekerja sebagai penjual bakso, meskipun tidak sebesar usahanya yang dulu, tapi masih cukup untuk sehari-hari. Suatu hari, karena kelelahan, ayahnya memasukkan terlalu banyak garam hingga rasanya seasin air laut. Pelanggan tak terima dan meludahi baksonya dan memaksa ayah Yuda untuk memakannya. Mencekik ayahnya dan mengumpat dengan kata-kata kasar. Orang-orang hanya bisa melihat karena pelanggan itu merupakan orang terpandang disekitar. Tak ada yang berani dengannya.
Yuda yang melihat itu langsung melayangkan tinjunya ke wajah pelanggan itu, membuatnya jatuh tersungkur. Yuda terus menghantam pria itu dengan pukulannya hingga babak belur. Darah bercucuran dari hidung dan mulutnya. Orang-orang disana langsung memisahkan mereka dan pria yang wajahnya penuh luka itu kabur tunggang langgang dengan mobilnya. Orang-orang yang tadi melerai mereka perlahan meninggalkan Yuda dan Ayahnya sendirian. Tak dipedulikan dan tak dianggap. Ia akhirnya sadar bahwa dunia ini memang sangatlah kejam.