Dalam setiap pembicaraan dia selalu nimbrung dan bicara panjang lebar mengenai pendapatnya. Kadang diikuti instruksi-instruksi sesuai kepentingannya sendiri. Â
Awalnya kami senang dengan kedatangan teman baru kami. Dia kelihatan cerdas dan penuh perhatian. Semua teman di sapa dan diajak berbincang dengan akrab, tak terkecuali aku.
Walaupun tak suka bicara banyak, aku tak menolak obrolan hangat. Dia bertanya tentang keluargaku, tentang bagaimana aku bisa berada di kantor ini dan hal-hal pribadi lainnya khas orang Indonesia bila pertama bertemu. Memang orang Indonesia butuh diajari bagaimana memulai percakapan tanpa harus membuat lawan bicara merasa tak nyaman. Menurutku tak semua orang suka ditanya sudah berkeluarga belum, berapa anakmu, dan lain-lain.
Kali kedua aku bertemu saat kebetulan kami duduk bersebelahan di rapat kantor yang tidak terlalu formal. Dia memberikan pendapat di rapat tersebut. Setelah bicara, dia masih membahas pendapatnya denganku. Aku hanya mengiya-iyakan saja karena terus terang aku tak peduli dengan pendapatnya. Selama rapat perutku terasa tidak enak dan aku tidak menangkap seluruh topik rapat. Akhirnya aku memotong kata-katanya minta izin meninggalkannya ke toilet. Lega rasanya bisa bebas dari intimidasi.
Suatu hari aku sedang menyiapkan bahan rapat sehingga aku sangat serius di depan laptop. Lama-lama aku baru menyadari bahwa teman seruanganku sedang berkumpul di sudut ruangan sambil makan peyek yang dibawa bu Rani. Kami memang punya sudut kuliner, tempat duduk-duduk dengan meja tempat meletakkan penganan yang kami bawa dari rumah.
Kudengar teman-temanku menyebut satu nama. Nama teman baru kami.
"Kemarin saat April mau memfotonya untuk kebutuhan nametag, April dibuat kesal dengan permintaannya yang aneh-aneh. Semua foto April tidak ada yang memuaskannya. Katanya dia kelihatan gendut dan tua di foto yang dibuat April. Akhirnya April minta foto dari dia sendiri untuk dikumpulkan besoknya. Dan ternyata foto yang dikumpulkan adalah foto pakai kamera 360. Wajahnya bening tanpa freckless, dagu runcing, mata belo dan tampak agak kurus. Seperti lima belas tahun lebih muda!" seru Venny sambil ngakak. Teman-teman pun terbahak.
"Dia tidak mau kena kamera wartawan. Kamera kejujuran," timpal Nanda sambil tertawa kecil.
"Itu kan seperti orang-orang di fesbuk yang pasang foto profil tidak sesuai aslinya. Lalu kenalan sama orang di dunia maya. Setelah jumpa darat ... waduh, aslinya kusem," cetus Maya.
"Pengalaman pribadi, ya?" ledek  Nanda.
"Lagipula kan dia memang sudah tidak muda lagi dan emang gendut!" cetus Maya lagi agak kesal.