Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman Baru Kami

25 Agustus 2025   06:08 Diperbarui: 25 Agustus 2025   06:08 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Teman Baru Kami (Sumber: gambar menggunakan bantuan Meta AI)

"Sudahlah ... mungkin memang naskahku kurang bagus sehingga banyak koreksi," ucapku yang dikejar deadline. Kalau teman-temanku masih ngobrol di sekitarku, kapan aku selesainya?

"Lah, Mbak Dita kan terkenal apik kalau bikin narasi. Dia iri saja kalik hingga berbuat kayak gini. Mau tunjukkan kalau dia lebih pintar?" cerocos Venny.

"Sudah anak-anak. Biarkan Dita menyelesaikan pekerjaannya. Kalian juga bukannya punya kerjaan masing-masing?" Bu Rani menegur dari sudut ruangan.

Teman-temanku bubar menuju mejanya masing-masing. Aku mencoba menyelesaikan tugasku.

Beginilah suasana kantoran Indonesia. Tak lepas dari gibah dan bersatu mencela satu public enemy. Kebetulan saat ini public enemy-nya adalah si teman baru kami.

Bukan tidak mungkin suatu saat berganti yang lain. Dan yang tadinya public enemy menjadi teman sejati. Karena dunia kantoran juga penuh kepentingan. Bagi yang punya kepentingan sama akan bersatu meraih tujuan. Kepentingan yang berlawanan akan berusaha mencari kelemahan lawan.

Apapun itu, yang terbaik adalah fokus pada tugas yang diberikan. Tidak perlu ikut masuk kubu-kubuan. Tidak perlu geng-gengan. Tidak perlu juga bergantung pada teman yang lain. Harus bisa bergantung pada diri sendiri.

Bukan harus asosial ya! Kalau tidak paham sesuatu yang penting, tetap harus bertanya pada yang mengerti. Tapi usahakan selalu update diri. Dan jangan menjadi orang yang sulit. Yang menjengkelkan. Yang membuat orang lain gemas dan jatuh bergibah.

Gibah itu dosa. Tapi apakah si menjengkelkan yang menjadi penyebab gibah tadi lantas bersih dari dosa? Mungkin kita memang harus menahan diri, supaya gibah kita tidak mencelakakan kita sendiri dan justru memberikan pahala pada si menjengkelkan. Jadi kalau diajak gibah jawab saja: aaah malas ah bicarakan orang itu. Nggak penting banget. Nanti keenakan dia dapat pahala.

The End.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun