Mohon tunggu...
Tomy Revaldy
Tomy Revaldy Mohon Tunggu... Mahasiswa Kelas Pekerja

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelukan Mentari

23 Februari 2024   14:44 Diperbarui: 23 Februari 2024   14:53 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aneh? Aku rasa kamu yang aneh. Setiap sore kamu tidak pernah lupa untuk menatap matahari yang sedang tenggelam itu. lagipula, kamu tidak akan pernah merasakan kehangatannya."

"Ah, kamu ini. Kamu tidak akan pernah mengerti betapa indahnya keajaiban dunia yang bersinar terang ini."

"Indah? Memang aneh kamu ini, kamu ini beneran sudah mati kan?" tanya Rudi keheranan.

"Terkadang matahari yang tenggelam mengingatkanku akan kematian. Kehangatan yang selama ini ia miliki menghilang begitu saja dan hanya tersisa dingin dan sepi."

Matahari mulai tenggelam ditelan bumi, perlahan mulai menarik selimut cahayanya. Jingganya langit telah berganti menjadi hitam yang kelam. Kehangatan pun sudah mulai memudar. Aku tidak sabar menunggu esok hari untuk menikmati keindahannya lagi.

Hari sudah mulai berganti, ayam jago melengkingkan suaranya dengan bangga, cahaya matahari menyinari sudut-sudut kota dan aku duduk di pohon ini menikmati kesendirianku lagi. Kendaraan lalu lalang di sepanjang jalan dan sebuah taksi berwarna biru berhenti tepat di depan rumah yang ditunggui oleh Rudi. Seorang pria keluar dari belakang mobil dan memandangi rumah itu dengan seksama, sementara si sopir taksi sibuk mengeluarkan beberapa kopor dari dalam bagasi sebelelum akhirnya ia meninggalkan pria itu sendirian.

Pria itu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan kulit coklat matang dan hidung mancung menyembul seperti jamur merang. Perlahan ia mulai membuka gerbang hitam rumah itu dan masuk ke dalam. Nampaknya ia adalah penghuni baru rumah itu dan aku penasaran apa yang akan dilakukan Rudi kepadanya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, aku datang untuk menemui Rudi di Rumah itu.

"Rudiiii..! kamu ada dimana?"

Aku mencari Rudi dengan seksama di rumah itu hingga beberapa menit lamanya.
Kucari ke kamar tidur tidak ada, di ruang tamu tidak ada, di dapur pun ternyata tidak ada. Beberapa lamanya aku berteriak memanggil manggil Rudi namun ia tidak kunjung menjawab. Aku sempat dibuat khawatir karenanya, hingga akhirnya ia menunjukkan batang hidungnya yang disumbat kapas itu tepat dihadapanku.

"Rudi!! Kamu bikin aku kaget saja, dari mana saja sih kamu?! Aku panggil-panggil ngga jawab." tanyaku dengan sedikit nada kesal.

"Aku baru saja keluar mencarimu." Jawab Rudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun