Mohon tunggu...
Tjan Sie Tek
Tjan Sie Tek Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha, Konsultan, Penerjemah Tersumpah

CEO, Center for New Indonesia; Sworn Translator, member The Indonesian Translators Association (Ind. HPI)

Selanjutnya

Tutup

Money

Prospek Dolar AS dan Rupiah versus Yuan (RMB)

4 Februari 2018   11:25 Diperbarui: 7 Mei 2019   23:09 13682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Update 21 Agustus 2018:

Menurut catatan penulis, sejak genderang perang tarif ditabuh oleh AS pada awal 2018, hampir 100% dari USD 500 miliar surat utang baru yang diterbitkan sampai saat ini oleh pemerintah AS dibeli oleh orang-orang dan perusahaan (yang sudah memulangkan sekitar USD 1,5 triliun aset keuangan mereka dari luar AS sampai hari ini karena adanya keringanan pajak perusahaan dari 35% menjadi 19%) atau instansi AS sendiri karena China dll mulai tidak suka membelinya, bahkan Russia sudah menjual sekitar USD 80 miliar baru-baru ini. Sebaliknya, sd akhir tahun ini Pemerintah AS diperkirakan masih akan menerbitkan sekitar USD 500 miliar lagi secara bersih sampai akhir tahun ini untuk menutupi defisit APB federal. Karena berkurangnya minat dan kemampuan pasar untuk menyerap supply itu plus kemungkinan kenaikan-kenaikan lanjutan suku bunga dana the Fed, yield-nya pun akan naik. Kurs USD terhadap banyak mata uang di dunia akan naik juga untuk jangka pendek. Sebaliknya, jika keadaan itu berlanjut 1-2 tahun lagi, kurs USD pun akan mulai turun. Akibatnya, laju inflasi di AS akan terus naik. Untuk menahan laju itu, the Fed  mungkin akan menunda kenaikan suku bunganya. 

Jika surat-surat utang pemerintah AS semakin kekurangan pembeli, the Fed pun terpaksa akan membelinya, antara lain, dengan cara mencetak uang baru lagi. Akibatnya, kurs USD akan terus turun terhadap banyak mata uang asing yang kuat dan cukup kuat.

Akibat lain dari penerbitan surat-surat utang pemerintah federal AS selama 2-3 tahun ke depan adalah "crowding-out," yaitu surat-surat utang itu mendepak keluar surat-surat swasta AS yang sudah ada dan menghambat masuknya yang baru untuk membayar sebagian investasi mereka. Jadi,  ekonomi AS, yang sekitar 77,5% didorong oleh swasta AS, akan mengalami stagnasi, stagflasi, kontraksi dan akhirnya mungkin juga resesi.

8. Dll.

 Catatan: Selama perang dagang AS-China yang sedang berlangsung sekarang ini, penaikan tarif impor atas sejumlah barang merugikan ratusan juta orang AS yang biasanya mampu membeli produk-produk impor  dengan harga murah. Banyak sekali ahli ekonomi dan pengusaha AS yang menentangnya, terutama yang produk-produknya, misalnya produk pertanian (kedelai, sorghum),  sudah mulai mengalami pembalasan oleh pemerintah China, belum lagi pesawat terbang, mobil, mesin dll. Para petani kedelai dll di AS sekarang bingung karena kehilangan pasar China yang sudah mereka pupuk selama hampir 20 tahun. Pemerintah AS berjanji akan kasih kredit ringan sejumlah USD 12 miliar, tetapi mereka lebih perlu pasar yang pasti daripada subsidi. Hilangnya pasar China dari tangan mereka akan sulit diambil lagi karena para importir kedelai dan sorghum China sangat mungkin kapok berurusan dengan AS. Russia sudah tawarkan 2,5 juta hektar lahan kepada para investor perkebunan China di bidang kedelai, jagung dll. 

Kesimpulan: kenaikan-kenaikan itu mengorbankan terlalu banyak orang AS, menimbulkan semakin banyak musuh baru bagi AS, semakin merontokkan wibawa maupun pengaruh AS di luar AS dan memperberat pembayaran bunga utang pemerintah AS sendiri.     

x. Bangsa AS boros: Hanya 5%, atau USD 900 miliar, dari GDP AS saat ini ditabung setiap tahun (China irit: 45%, atau USD 5,5 triliun ditabung selama 2017 saja).

3.Kekuatan militer AS sudah melemah dan sulit diperkuat dibandingkan dengan kekuatan militer China, antara lain:

a. Teknologi militer China dalam bidang satelit dan radar kuantum adalah yang pertama dan tercanggih di dunia sehingga tidak bisa diretas oleh siapa pun; salah satu akibatnya, semua pesawat tempur siluman AS (F22 Raptor dan F35) yang tercanggih dan terbang di malam hari pun akan terdeteksi dengan mudah untuk ditembak oleh rudal dari darat, laut atau udara ke udara;

b. Angkatan Laut China sudah menanam peralatan canggih di bawah laut untuk mendeteksi setiap gerakan kapal selam AS di Laut China Selatan dan Timur;

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun