Mohon tunggu...
Tjan Sie Tek
Tjan Sie Tek Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha, Konsultan, Penerjemah Tersumpah

CEO, Center for New Indonesia; Sworn Translator, member The Indonesian Translators Association (Ind. HPI)

Selanjutnya

Tutup

Money

Prospek Dolar AS dan Rupiah versus Yuan (RMB)

4 Februari 2018   11:25 Diperbarui: 7 Mei 2019   23:09 13682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Update 8 Mei 2018: 

Tentang Kenaikan kurs USD terhadap sejumlah mata uang lain, yang mencakup IDR:

1. Kenaikan itu terjadi tidak karena sangat bagusnya prospek ekonomi AS melainkan karena naiknya (i) the Fed's fund rate, yaitu suku bunga pinjaman jangka pendek bank sentral AS, the Fed, menjadi antara 1,5% dan 1,75% per tahun, dan (ii) naiknya yield (imbal hasil) yang diminta oleh para pemegang maupun pembeli surat utang pemerintah AS (Treasury bill, note dan bond). Yield Treasury bond (T-bond) bertenor 10% sekitar 3% per tahun. Kenaikan the Fed's fund rate dan yield  itu sendiri merugikan mayoritas (sd 80%) warga negara AS seperti yang tersebut di atas plus puluhan juta orang dan perusahaan debitur bank, debitur rumah, mobil dll;

Update 21 Agustus 2018: Semakin sedikit orang AS yang ingin membeli rumah baru, menjual atau me-refinance rumah lama mereka

Hari ini Bloomberg melaporkan hasil survei Universitas Michigan pada Agustus 2018 tentang apakah sekarang saatnya waktu yang terbaik untuk membeli rumah. Hasil itu menunjukkan bahwa jumlah orang yang menjawab "Ya" turun dari 73% pada Januari 2018 menjadi 63% pada Juli 2018, hampir mendekati 58%, yaitu pada Oktober 2008 ketika AS sedang mengalami resesi besar karena meletusnya bisnis properti dan menimbulkan krisis keuangan maupun ekonomi. Masyarakat AS mengalami dua masalah: kenaikan bunga pinjaman dan harga rumah, baik yang lama maupun baru. Akibatnya omset penjualan rumah lama maupun baru merosot terus sejak kenaikan suku bunga dana the Fed selama tahun ini saja.

Menurut laporan Biro Sensus AS, per akhir 2017, terdapat 126,2 juta rumah tangga di AS. Baru sekitar 64,2% (atau sekitar 81 juta rumah tangga) memiliki rumah sendiri. Jadi, sekitar 45,1 juta rumah tangga lainnya belum punya rumah. Sebagian besar menyewa rumah dan sebagian lagi tanpa rumah, tinggal di dalam mobil, rumah orang tua atau teman dll. Rumah tangga terdiri atas pasangan yang sudah menikah, pria atau wanita yang single, dan single parent. Jadi, sekitar 120 juta orang AS belum punya rumah dan semakin sulit untuk punya rumah karena kenaikan suku bunga.

Di AS per Juni 2018 ada sekitar 25,8 juta buah rumah yang  sedang disewakan dan 17,6 juta buah yang kosong dan siap untuk disewakan.

Sebagai perbandingan, per akhir 2017, sekitar 89,2% rumah tangga di China sudah memiliki rumah, yang merupakan angka tertinggi di antara negeri kelas menengah dan maju. Di Jepang, sekitar 70%; di Indonesia, sekitar 82,8%.

Catatan: sekitar 84% dari semua saham di AS dimiliki oleh 10% orang AS. Mayoritas dari sisanya (16%) dimiliki oleh kelas menengah AS yang merupakan 60% dari seluruh jumlah penduduk AS yang saat ini sekitar 327,133 juta orang (20 juta orang di antara penduduk asing). Jumlah warga negara AS sendiri sekitar 307 juta orang yang tinggal di AS  plus sekitar 9 juta orang yang tinggal di LN.

Update 25 Agustus 2018: Reuters memberitakan bahwa Wells Fargo, bank terbesar ke-4 di AS, merumahkan lebih dari 600 orang pegawainya di bidang hipotek  dan refinancin rumah karena naiknya suku bunga. Berita itu juga disiarkan oleh the Denver Post dan Housingwire pada 24 Agustus 2018.

Sebagai tambahan, pembangunan properti di AS menyumbang sekitar 7% ke GDP-nya pada 2017. Selain itu, jutaan orang AS terlibat dalam bisnis pembangunan, jual-beli rumah baru dan lama, produksi dan jual-beli bahan dan peralatan bangunan, jasa perumahan (yang mencakup uang sewa dan biaya listrik, gas, air yang dibayar)  dll. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun