Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fenomena Viral Yudo Sadewa: Candaan, Privilege, dan Sensitifitas Publik!

11 September 2025   16:19 Diperbarui: 11 September 2025   16:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Privilege memang sulit disembunyikan. Anak pejabat jelas punya akses lebih banyak, pendidikan terbaik, fasilitas premium, jaringan yang luas. Itu semua bukan salah mereka secara pribadi, tapi ketika privilege dipamerkan secara sadar atau tidak, publik mudah merasa tersinggung.

Bagi masyarakat yang sedang berjuang dengan harga kebutuhan pokok, ucapan "mental miskin" sambil menunjukkan kartu prioritas jelas terasa seperti garam di atas luka.

Etika Komunikasi di Era Digital

Kasus Yudo ini jadi pelajaran penting tentang komunikasi di era digital. Ada beberapa poin yang bisa dipetik,

  1. Candaan privat Candaan publik.
    Sesuatu yang lucu buat teman belum tentu lucu buat ribuan orang asing.
  2. Jejak digital abadi.
    Sekali terunggah, akan ada orang yang menyimpan, merekam, dan menyebarkan.
  3. Status sosial memperbesar dampak.
    Kalau anak biasa mungkin tidak akan viral, tapi kalau anak pejabat, ceritanya beda.
  4. Empati adalah kunci.
    Publik lebih menghargai orang yang bisa berbicara dengan hati-hati dan menghargai realita masyarakat.

Pelajaran untuk Anak Muda

Di balik kontroversi ini, ada refleksi penting untuk kita semua, terutama anak muda,

  • Bijak bermedia sosial. Jangan asal bicara tanpa pikir panjang.
  • Jangan remehkan sensitivitas orang lain. Setiap ucapan punya dampak, apalagi soal kemiskinan dan identitas.
  • Sadari posisi dan tanggung jawab. Semakin tinggi latar belakang sosial, semakin besar ekspektasi publik.
  • Gunakan privilege untuk hal positif. Privilege bisa jadi alat perubahan, bukan sekadar simbol status.

Cermin Ketimpangan Sosial

Kasus Yudo Sadewa bukan sekadar "drama anak pejabat". Ia adalah cermin betapa sensitifnya publik ketika merasa diremehkan, sekaligus bukti bahwa privilege masih jadi jurang besar di masyarakat kita.

Bagi Yudo sendiri, mungkin ini pelajaran berharga di usia muda, bahwa setiap kata yang keluar bisa punya konsekuensi panjang. Bagi publik, ini juga momentum untuk mengingatkan bahwa media sosial memang ruang bebas, tapi bukan tanpa aturan.

Akhirnya, kita bisa berharap generasi muda, termasuk anak-anak pejabat, bisa belajar lebih banyak tentang empati, kerendahan hati, dan pentingnya menjaga komunikasi. Karena di era digital, kata-kata bisa jadi senjata, bisa melukai, tapi juga bisa menyembuhkan.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun