Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fenomena Viral Yudo Sadewa: Candaan, Privilege, dan Sensitifitas Publik!

11 September 2025   16:19 Diperbarui: 11 September 2025   16:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu iseng bercanda sama teman, lalu beberapa menit kemudian candaan itu tiba-tiba jadi konsumsi jutaan orang? Nah, begitulah yang dialami Yudo Sadewa, anak Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Dari sebuah unggahan singkat di Instagram dan TikTok, nama Yudo yang sebelumnya mungkin belum dikenal publik, mendadak jadi headline di mana-mana.

Fenomena ini mengingatkan kita bahwa di era digital, sekali ucapan keluar dan terekam, ia bisa bertransformasi jadi "bola salju" yang makin lama makin besar. Mau bercanda, mau serius, atau sekadar iseng, semua bisa dipelintir sesuai tafsir audiens. Dan yang bikin lebih seru, kalau kamu anak pejabat, dampaknya bisa berkali lipat.

Yudo Sadewa viral usai sebut Sri Mulyani agen CIA dan hina "ciri orang miskin", publik marah, ia klarifikasi hanya bercanda. - Tiyarman Gulo

Siapa Sih Yudo Sadewa?

Yudo Achilles Sadewa, atau lebih dikenal dengan nama Yudo Sadewa, lahir tahun 2006. Artinya, usianya baru 19 tahun pada 2025 ini. Kalau dipikir-pikir, umurnya masih sangat muda, masih masa-masa mahasiswa awal kuliah. Yudo diketahui pernah bersekolah di SMA swasta ternama di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, dan lulus pada 2023.

Setelah itu, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Tapi, menurut data PDDikti, statusnya sempat tercatat nonaktif di tahun akademik 2024/2025. Artinya, ia memang masih dalam fase pencarian jati diri, seperti kebanyakan anak muda lain.

Namun bedanya, Yudo bukanlah "anak muda biasa". Ia adalah putra pertama Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan yang baru beberapa waktu lalu dilantik menggantikan Sri Mulyani. Dari sinilah sorotan publik otomatis menempel padanya.

Kontroversi Pertama, Sri Mulyani Disebut Agen CIA

Drama ini dimulai ketika Yudo mengunggah sebuah video di Instagram yang menyebut Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan, sebagai "agen CIA Amerika".

Dalam video itu, ia menulis,
"Alhamdulillah, ayahku melengserkan agen CIA Amerika yang menyamar jadi menteri."

Unggahan itu sontak memicu reaksi keras. Bagaimana tidak? Sri Mulyani adalah sosok yang punya reputasi internasional dan sangat dihormati, bahkan oleh lawan politik sekalipun. Tuduhan selevel "agen CIA" jelas bukan hal sepele.

Tak lama kemudian, akun Instagram Yudo hilang, entah dihapus sendiri atau kena serangan massal. Tapi di dunia maya, jejak digital mustahil benar-benar hilang. Potongan video dan screenshot sudah tersebar ke mana-mana.

Kontroversi Kedua, Menyebut Ciri-Ciri Orang Miskin

Belum selesai publik mencerna kontroversi pertama, muncul lagi video lain yang bikin panas telinga banyak orang. Dalam rekaman itu, Yudo menyebut "ciri-ciri orang miskin" yang katanya sering ia temui.

Beberapa di antaranya adalah,

  • Crab mentality (suka menjatuhkan orang lain).
  • Munafik.
  • Rasis.
  • Mental pengemis.

Yang bikin banyak orang tersinggung bukan hanya isinya, tapi juga cara penyampaiannya. Dalam video itu, Yudo sambil memamerkan kartu BCA Prioritas miliknya, seolah menegaskan status ekonominya yang berbeda dari "orang biasa".

Kalimatnya yang paling bikin heboh adalah ketika ia bilang,

"Lu kalau ke BCA Prioritas, kayak gue nih, kartu gue ya. Lu kalau datang ke kantornya, mau kulit lu ungu, item, sipit, matanya melotot, nggak peduli. Mereka cuma peduli pelayanan."

Bagi sebagian orang, itu terdengar seperti pamer privilege sekaligus merendahkan kelompok lain.

Klarifikasi, "Itu Cuma Candaan"

Setelah dihujat ramai-ramai, Yudo akhirnya muncul lagi lewat TikTok. Kali ini ia mencoba meluruskan pernyataannya. Katanya, soal Sri Mulyani agen CIA itu hanyalah candaan pribadi dengan teman. Ia sendiri tidak pernah sungguh-sungguh percaya hal itu.

"Ini nggak tahu kenapa kok gue viral, ya. Bu Sri Mulyani bukan agen CIA atau IMF. Itu gue hanya bercanda sama teman gue di instastory, tapi nggak tahu ada yang goreng kayaknya," ujarnya.

Soal video "ciri-ciri orang miskin", Yudo tidak banyak memberikan klarifikasi detail. Namun ia menyiratkan bahwa sebagian besar konten yang ia buat hanyalah hiburan dan tidak sepatutnya dianggap serius.

Sayangnya, publik terlanjur bereaksi. Candaan di lingkaran kecil memang bisa terasa biasa, tapi ketika masuk ke ruang publik, interpretasinya bisa sangat berbeda.

Kenapa Publik Begitu Sensitif?

Pertanyaannya, kenapa omongan anak 19 tahun bisa seheboh ini? Ada beberapa alasannya,

  1. Latar belakang keluarga.
    Yudo bukan orang biasa. Ia anak pejabat tinggi negara yang mengurus ekonomi rakyat. Wajar jika publik berharap perilakunya lebih berhati-hati.
  2. Kondisi sosial-ekonomi.
    Indonesia sedang berada di fase banyak tuntutan rakyat, termasuk isu "17+8" yang beberapa waktu lalu membuat Purbaya Yudhi Sadewa dikritik karena menyebutnya hanya "suara kecil". Dalam kondisi sensitif seperti ini, omongan tentang "orang miskin" jelas memicu amarah.
  3. Media sosial memperbesar segalanya.
    Sekali potongan video viral, ia akan diulang, dibagikan, diperdebatkan, bahkan dimeme-kan. Efek domino inilah yang membuat kasusnya semakin besar.

Privilege yang Sulit Disembunyikan

Salah satu simbol yang muncul dari video Yudo adalah kartu BCA Prioritas. Buat sebagian orang, itu sekadar kartu bank biasa. Tapi bagi publik luas, itu menjadi simbol perbedaan kelas sosial.

Privilege memang sulit disembunyikan. Anak pejabat jelas punya akses lebih banyak, pendidikan terbaik, fasilitas premium, jaringan yang luas. Itu semua bukan salah mereka secara pribadi, tapi ketika privilege dipamerkan secara sadar atau tidak, publik mudah merasa tersinggung.

Bagi masyarakat yang sedang berjuang dengan harga kebutuhan pokok, ucapan "mental miskin" sambil menunjukkan kartu prioritas jelas terasa seperti garam di atas luka.

Etika Komunikasi di Era Digital

Kasus Yudo ini jadi pelajaran penting tentang komunikasi di era digital. Ada beberapa poin yang bisa dipetik,

  1. Candaan privat Candaan publik.
    Sesuatu yang lucu buat teman belum tentu lucu buat ribuan orang asing.
  2. Jejak digital abadi.
    Sekali terunggah, akan ada orang yang menyimpan, merekam, dan menyebarkan.
  3. Status sosial memperbesar dampak.
    Kalau anak biasa mungkin tidak akan viral, tapi kalau anak pejabat, ceritanya beda.
  4. Empati adalah kunci.
    Publik lebih menghargai orang yang bisa berbicara dengan hati-hati dan menghargai realita masyarakat.

Pelajaran untuk Anak Muda

Di balik kontroversi ini, ada refleksi penting untuk kita semua, terutama anak muda,

  • Bijak bermedia sosial. Jangan asal bicara tanpa pikir panjang.
  • Jangan remehkan sensitivitas orang lain. Setiap ucapan punya dampak, apalagi soal kemiskinan dan identitas.
  • Sadari posisi dan tanggung jawab. Semakin tinggi latar belakang sosial, semakin besar ekspektasi publik.
  • Gunakan privilege untuk hal positif. Privilege bisa jadi alat perubahan, bukan sekadar simbol status.

Cermin Ketimpangan Sosial

Kasus Yudo Sadewa bukan sekadar "drama anak pejabat". Ia adalah cermin betapa sensitifnya publik ketika merasa diremehkan, sekaligus bukti bahwa privilege masih jadi jurang besar di masyarakat kita.

Bagi Yudo sendiri, mungkin ini pelajaran berharga di usia muda, bahwa setiap kata yang keluar bisa punya konsekuensi panjang. Bagi publik, ini juga momentum untuk mengingatkan bahwa media sosial memang ruang bebas, tapi bukan tanpa aturan.

Akhirnya, kita bisa berharap generasi muda, termasuk anak-anak pejabat, bisa belajar lebih banyak tentang empati, kerendahan hati, dan pentingnya menjaga komunikasi. Karena di era digital, kata-kata bisa jadi senjata, bisa melukai, tapi juga bisa menyembuhkan.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun