Media juga mulai menyoroti. Sebagian mempertanyakan transparansi kepolisian, sebagian lagi mendesak investigasi independen. Seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya, narasi "pengendalian massa" kembali bertabrakan dengan narasi "represi aparat".
Refleksi dan Harapan
Malam gas air mata di Unisba adalah peringatan. Ia menunjukkan betapa rapuhnya ruang aman kita hari ini. Jika kampus saja tidak steril dari kekerasan, di mana lagi anak muda bisa merasa aman untuk menyuarakan pikiran?
Pertanyaan yang seharusnya kita renungkan bersama, apakah demokrasi kita cukup dewasa untuk menerima kritik tanpa membalas dengan gas air mata? Atau justru kita masih terjebak dalam pola lama, di mana suara rakyat selalu dipadamkan dengan cara represif?
Harapannya, peristiwa ini tidak berhenti jadi sekadar berita viral. Ia harus jadi momentum evaluasi. Aparat perlu meninjau ulang prosedur penggunaan gas air mata. Pemerintah perlu memastikan kampus terlindungi dari intimidasi. Dan kita semua, sebagai masyarakat, tidak boleh diam melihat ruang demokrasi terus dipersempit.
Karena jika malam penuh asap di Unisba bisa terjadi sekali, apa yang menjamin ia tak akan terulang di kampus lain?.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI