Mohon tunggu...
Ruli
Ruli Mohon Tunggu... Gathering, sharing and make it happen

Penggiat pendidikan, sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anak ku Sayang

26 Mei 2025   12:57 Diperbarui: 26 Mei 2025   12:57 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nak, kala itu aku lagi dalam kekalutan
nyata dunia merobek hatiku tanpa pikir bisa menolak
dikoyakan perasaan ku di depan mata ku sendiri
malu logikaku ditelanjangi dan diarak demi dunia
tatapan ku kosong, nafas ku berat, kertak gigi
gemetar tangan mengguncang tubuh ku
dalam kemalut yang tak lagi berbalut
seketika hening jiwa di dalam raga
kau teriak menangis memecah ego ku
mengoyak tabir lelah ku
kau bungkam segala malu ku
kau bangkitkan sadar ku yang layu itu
kau kuatkan kaki ku yang tak berlutut itu
mulut yang tadinya tersumpal seguk dengan alunan rusak kertak gigi, henti!
berganti nada manis penuh doa
ku nyanyikan pelan agar mudah kau cerna di telinga mungil mu;
"kasih ibu kepada beta, tak terkira sepanjang masa"
"hanya memberi tak harap kembali"
"bagai sang surya menyinari dunia"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun