Mohon tunggu...
Theresia Martini
Theresia Martini Mohon Tunggu... Pencinta Keheningan

Menulis adalah tantangan jiwa, mengalahkan diri, sejauh kaki terus melangkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Di Atas Rel yang Sunyi, Aku Menemukan Diriku yang Hilang

15 Mei 2025   00:00 Diperbarui: 15 Mei 2025   00:00 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Di Atas Rel Sunyi, Aku Menemukan Diriku yang Hilang (Sumber: Istockphoto.com)

Kereta ini, bukan sekadar sebagai sarana yang membawa tubuh aku pulang, tetapi juga telah menjadi simbol perjalanan batin saya yang terjal untuk berdamai dengan diri sendiri.

Dalam setiap kilometer kehidupan yang saya lalui, banyak kisah yang sebelumnya tidak saya mengerti, sehingga membuat saya terus menghindarinya, karena merasa tidak sanggup untuk menghadapinya.

Namun, ketika kereta mulai memasuki daerah yang cukup familier dengan kehidupan saya, perasaan rindu itu semakin membuncah begitu kuat. Gerimis mulai turun seakan ia menyambut kedatangan saya dengan senyum lembutnya.

Stasiun Tugu, sebagai tempat pemberhentian menjadi saksi bisu dari seluruh harapan hati yang kumiliki saat ini, di mana aku ingin melunasi kerinduan ibu yang telah aku abaikan selama ini.

Keraguan hati yang melukis kekecewaan ibu, kini telah sirna. Aku percaya sosok ibu yang merindukan diriku, telah hadir di peron untuk memeluk hangat buah hatinya yang menghilang di telan waktu sekian lama.

Gaun biru, di bawah payung merah, tersenyum lepas begitu melihat diriku. Ibu berlari seakan ingin melindungi diriku, dari tumpahan rinai yang mulai deras membasahi bumi dan kecemasan

"Ibu," lirih suaraku memanggilnya sambil  memeluk erat tubuhnya yang terlihat semakin renta. Rasanya aku tak ingin melepaskan pelukan yang sekian lama pernah aku tinggalkan. "Ibu, terima kasih sudah menunggu."

Tanpa menunggu detik berpindah, kami pun melangkah membelah rinai, menyusur jalan pulang ke rumah.

Sepanjang jalan yang kami lalui, aku merasakan seperti kembali mendapatkan bagian yang hilang dari diriku itu.

Kini, aku telah menemukan kebenaran dari apa yang diucapkan nenek yang duduk di sebelah diriku: Aku tidak hanya pulang ke rumah, tetapi saya juga pulang ke hati saya sendiri, yang telah lama saya tinggalkan.

Aku tak mampu sampaikan terima kasihku yang mendalam pada KAI, bukan sekadar sebagai sarana untuk mengantarkan diriku mudik dan menjumpai ibu di Yogyakarta, tetapi juga mengantarkan hatiku untuk kembali berani menjumpai diriku, yang selama ini aku hindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun