Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kelinci Pembunuh [Detektif Kilesa]

30 Juli 2020   16:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:15 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: https://www.newgrounds.com/

Andrileka mengangguk. Tiba -- tiba ia sedikit tersentak. "Pak polisi mencurigai om Yunus sebagai pembunuh?"

Aku menggeleng. "Semua masih dalam tahap dugaan. Baiklah. Aku sudah selesai. Ada lagi yang masih ingin kau sampaikan?"

Ia menggeleng dan aku mempersilakannya keluar. Kemudian masuklah pamannya, Yunus. Jujur, kuakui ialah yang paling bermotif besar untuk melenyapkan nyawa Roger Yamin. Saingan bisnis, juga sebagai saksi terakhir, adalah tantangan besar untuk membersihkan nama baiknya. Namun, lebih baik mendengar apa yang hendak ia sampaikan.

"Kau adalah orang yang melihat korban terakhir, bukan, Pak Yunus? Andrileka melihat Anda membicarakan sesuatu dengan Roger. Apa yang Anda bicarakan?"

"Aku masih memaksanya ikut ke Puncak Arena, mengingat ini adalah kesempatan sekali, dan susah didapat. Memang penyakit jantungnya kronis. Tapi itu semua bisa ditangani. Obat bisa dibawa. Jika ia butuh istirahat pun ada tempatnya di sana. Namun ternyata ia tidak bisa dipaksa. Ia ingin tinggal. Dan ketika mengetahui kenyataan sekarang, aku mengutuk diri sendiri, pak polisi. Aku membenci diri sendiri. Jika aku tahu Roger akan dibunuh, aku akan memaksanya ikut sekuat tenaga."

Aku mengangguk -- angguk. Setiap orang akan berusaha untuk terlihat sebagai orang yang positif. Dudi dan Andrileka pun seperti itu. Namun yang penting adalah fakta.


"Benarkah bahwa saat sampai ke Puncak Arena, kalian memutuskan untuk kembali menuju villa?"

"Benar, pak, obatnya tertinggal. Dan ketika seorang anggota polisi menghampiri kami, kemudian memberi kabar, kami semua syok berat."

"Baiklah. Saya turut berempati dengan keluarga besar. Namun yang saya dapatkan dari Andrileka, bahwa bapak sendiri adalah saingan bisnis dari Roger Yamin?"

Yunus sedikit tertawa. "Benar, pak, saya adalah saingan bisnis dari kakak ipar saya. Tapi hubungan kami baik -- baik saja. Baru -- baru ini, ketika keuangan perusahaan saya kurang sehat, Pak Roger rela menyuntikkan pinjaman yang cukup besar. Itu adalah bukti bahwa ia bisa bersikap baik kepada keluarga."

"Berapa besar pinjaman ini? Sudah bapak lunasi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun