Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kelinci Pembunuh [Detektif Kilesa]

30 Juli 2020   16:13 Diperbarui: 30 Juli 2020   16:15 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari: https://www.newgrounds.com/

"Ya, Mahmud, kami tahu apa itu Puncak Arena. Tempat itu terkenal. Tapi, di mana mereka sekarang? Mereka tidak mengecek Roger?"

"Tim kami yang lain sudah mendatangi mereka, dan mereka terlihat syok. Lalu mereka berkeputusan untuk tidak kembali ke villa ini, dan memilih untuk menginap di hotel lain. Tampaknya mereka tidak tega melihat Roger dibunuh dengan pisau..."

"Dibunuh dengan pisau? Sudah disimpulkan?"

Dengan hati -- hati Mahmud menyampirkan leher korban yang dipenuhi dengan rambut. Ada sebuah luka tusukan di leher, sepanjang lima centimeter, sehingga Mahmud menyimpulkan benda itu adalah pisau. Darah sebenarnya mengucur banyak dan membasahi tubuh korban dan paving blok, namun tidak terlalu terlihat, karena sudah menyerap ke dalam tanah. Aku kembali bertanya.

"Sudah berapa lama korban tewas?"

"Aku perkirakan sudah dua jam. Jadi antara jam satu dan jam dua sianglah pembunuhan berlangsung."

"Ada saksi mata? Atau siapa yang berada di dekat sini ketika kejadian berlangsung? Siapa yang menemukan mayat ini?"

Mahmud sedikit menggaruk telinga ketika menjawab pertanyaan ini. "Tidak ada, Kilesa. Itulah mengapa kasus ini sedikit sulit. Tidak ada saksi mata. Lihat tempat ini, tidak ada cctv juga. Tempat sebesar ini tidak memiliki pos satpam. Rumah terdekat adalah rumah warga, sekitar lima meter di sebelah kanan. Penghuninyalah yang menjadi caretaker dan penjaga villa ini. Ia juga yang menemukan mayat Roger. Namanya Dudi. Ia tadi bingung karena pintu gerbang villa terbuka. Kemudian ia mengecek ke dalam dan menemukan Roger sudah tidak bernyawa."

Garukan Mahmud belum berhenti, wajahnya bertambah penuh keraguan. Menyadari itu, aku kembali bertanya, "Ada apa, Mahmud?"

"Perhatikanlah mayat ini dan temukan keanehannya."

Aku menjawab tantangan Mahmud dan memerhatikan secara detail. Roger tertelungkup ke arah selatan, ke arah pintu gerbang putih, dengan wajah terperangah. Mula -- mula aku tidak menemukan keganjilan. Lalu aku baru menyadarinya. Di samping leher korban, ada bercak -- bercak darah yang menjadi semacam jejak, mengarah ke utara. Jejak itu berhenti ketika paving block bertemu dengan rumput. Dengan cepat aku langsung mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun