Sungguh alarm keras bagi Negara. Lagi kasus kriminalitas anak. Kali ini dilakukan oleh seorang remaja berinisial AR (15) dan RD (14) tersangka kasus pembunuhan Airul Harahap (14) santri pondok pesantren di Kabupaten Tebo, Provinsi jambi. (Metrojambi.com, 4 Mei 2024)
Sementara itu laman Sukabumi.com memberitakan di tanggal 2 Mei 2024 bahwa bocah laki-laki berinisial MA(6) korban pembunuhan sekaligus korban sodomi yang mayatnya ditemukan di jurang perkebunan dekat rumah neneknya di Kecamatan Kadudampit, kabupaten Sukabumi. Lagi-Lagi pelakunya adalah remaja 14 tahun yang masih duduk di bangku SMP.Â
Menurut data kasus di Komisi Perlindungan Anak Indonesia tentang kasus anak yang berkonflik dengan hukum mengalami tren peningkatan dari tahun 2020 hingga 2023, tercatat hampir 2000 anak berkonflik dengan hukum. Sebanyak 1467 anak diantaranya menjalani masa tahanan dan masih menjalani proses peradilan. sedangkan 526 anak sedang menjalani hukuman sebagai narapidana.Â
Tidak habis pikir apa gerangan yang menimpa jiwa mereka sehingga di usia belia mereka bak Iblis keji yang sanggup menghabisi nyawa sesama manusia.
Jiwa Suci
Seorang anak yang setiap tindak-tanduknya mencerminkan kebaikan dan tutur katanya yang menyenangkan adalah dambaan bagi setiap orang tua. Namun kadang kala kita orang tua harus menghadapi kondisi anak yang berbeda seperti anak yang terkesan 'bandel', 'pembangkang' dan keras kepala.
Maka bagi sebagian orang tua akan senantiasa menimba ilmu untuk menambah bekal dalam mendidik anak melalui berbagai macam ilmu parenting yang telah ada terkait tips sukses dalam pengasuhan anak. Berharap agar apa yang mereka terapkan saat ini berpengaruh baik pada jiwa anak di masa depan.Â
Namun, tidak bisa kita menutup mata bahwa sebagian besar kondisi masyarakat yang terbatas dalam setiap aksesnya untuk menimba ilmu parenting, sehingga minim nya pengetahuan mereka juga mempengaruhi cara mendidik anak-anak mereka. Sehingga sikap negatif yang muncul pada diri anak dibalas negatif pula oleh orang tua berupa kekerasan fisik maupun verbal. Sehingga hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi karakter yang terbentuk pada jiwa anak. Seorang anak yang mendapatkan balasan negatif dari kenakalan yang dilakukan bisa merusak jiwa anak, membuat anak bermental rendah diri, atau sebaliknya yaitu bermental pemberontak, kenakalan remaja bahkan berujung pada tindak kriminal hingga ada nyawa yang melayang.Â
Kenapa Bisa Terjadi ?
Pertama. Kemudahan akses internet hari ini adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai. dengan semakin mudahnya akses informasi saat ini memudahkan juga bagi anak-anak remaja kita untuk mengakses apa saja termasuk hal-hal yang menimbulkan sikap agresif misalnya game, video, aplikasi, dll. Jika anak-anak remaja mengakses itu, ditonton terus menerus, bahkan sampai pada level candu, maka hal itu pelan-pelan akan mempengaruhi otak mereka. Perilaku agresif yang mereka tonton terus menerus akan mereka maklumi sehingga sadar atau tanpa sadar mereka imitasi dalam kehidupan nyata.