Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi, Aku Harus Bagaimana? (Cerpen Part 2- Tamat)

27 Januari 2023   09:38 Diperbarui: 27 Januari 2023   10:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebenarnya saya juga dengar kata tetangga, enggak baik saya tinggal sama abang. Malah harusnya saya segera keluar dari rumah. Tapi saya harus pergi ke mana karena tidak punya orang tua," tutur Lia.

Bulir bening mulai melewati kelopak matanya.

"Lia punya saudara dari ibu atau dari ayah?" kulanjutkan pertanyaan agar cepat menuju pokok permasalahan.

"Punya, Pak. Bibi juga sudah ngajak saya tinggal di rumahnya. Cuma ...," Nahlia menunduk dan menggantung kalimatnya.

"Cuma apa?"

Aku tidak bisa menunda rasa penasaran yang membuncah di dada.

"Cuma... kalau saya ikut bibi, kasihan abang sama putranya. Nanti siapa yang bakal bikin nasi? Siapa yang nyuci baju? Gimana kalau ponakan saya sakit?"

Kulihat ketulusan pada bening matanya dan kejujuran pada setiap ucapannya. Halus dan lembut perasaannya. Pantaslah dia mendapat panggilan 'Bunda' di kelasnya. Parasnya yang ayu semakin elok dengan tabiatnya yang lembut hati.

Pelan-pelan kuberi pengertian baik buruknya jika tetap serumah dengan kakak iparnya. Kuberi semangat juga agar Nahlia siap hidup bersama bibinya. Kuberi waktu untuk memikirkannya.

Sejak itu Nahlia sering bolong-bolong masuk sekolah. Dalam seminggu ada saja alasan tidak masuk. Perasaanku mulai tak karuan mengetahui dari temannya kalau Lia sibuk mengurus keponakannya. Dia sering absen karena kedua ponakannya sakit bergantian.

Kuintensifkan perhatian dan bimbingan untuknya. Jika masuk sekolah, kubantu Lia menghubungi guru-guru untuk mengerjakan tugas yang belum sempat dikerjakan. Kuminta teman-temannya membantu. Namun ketidakhadiran Lia kian bertambah. Sebulan, dua bulan, anak itu semakin jarang masuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun