Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenapa Harus Aku, Tuhan?

15 Maret 2024   14:32 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:33 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tidak ada manusia yang menjalani hidup tanpa melewati dan menghadapi berbagai onak dan duri. Setiap manusia memiliki kebahagiaan dan kesedihannya masing-masing. Walaupun berusaha sekuat tenaga untuk hidup sempurna dalam segala hal, namun kekurangan tak mungkin dapat dihindarkan.

Di antara mereka ada yang cukup secara ekonomi, namun kurang secara kesehatan. Ada yang cukup secara ekonomi dan kesehatan, namun kurang secara keharmonisan. Demikian pernak-pernik kehidupan manusia.

Ketika kita mendapatkan kecukupan tentu rasa bahagia meliputi jiwa. Bahkan karena hawa nafsu, terkadang kita ingin selalu menambah kebahagiaan itu. Kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimiliki.

Sebenarnya, kondisi semacam itu bukan hal baru. Nabi Muhammad saw. telah bersabda bahwa seandainya manusia diberi satu gunung emas, dia pasti menginginkan gunung emas yang kedua. Manusia akan selalu merasa kurang, kurang, dan kurang.

Akan tetapi, ketika manusia mendapatkan sandungan sedikit saja, rasanya kebahagiaan itu sirna seketika. Semua anugerah dan nikmat yang pernah dimiliki serasa tak ada apa-apanya. Dia merasa bahwa sandungan itu sebuah sandungan yang amat besar dan berat baginya.

Sebagai ilustrasi, sebagian dari kita tentu merasakan dan menikmati kesehatan yang begitu lama. Mungkin berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Namun, ketika datang sakit, walaupun sakit itu hanya pada bagian kecil tubuh kita, hal itu terasa amat lama. Satu hari saja serasa berminggu-minggu.

Padahal kalau dilakukan perbandingan antara waktu sakit dan sehat yang dialami, tentu waktu sehat masih jauh lebih lama. Akan tetapi, waktu sakit yang sedikit itu sudah serasa dunia akan berakhir. Semua hal yang dimiliki serasa tak berguna.

Begitulah uniknya manusia. Dia hanya ingin yang enak-enak saja. Dia tak ingin ketidaknyamanan hinggap kepada dirinya walau hanya sedikit dan sebentar. Padahal kehadiran keduanya amat diperlukan dalam kehidupan manusia.

Saat manusia dilimpahi begitu banyak nikmat oleh Allah SWT, jarang sekali di antara mereka yang bertanya, "Mengapa dia yang dianugerahi nikmat itu?" Sebaliknya, ketika Allah SWT memberikan sandungan sedikit saja, tiba-tiba muncul pertanyaan, "Kenapa harus aku, Tuhan?"

Tak heran bila Allah SWT selalu mengingatkan kita agar tidak lalai terhadap nikmat-nikmat yang telah Dia berikan. Hal itu karena manusia memang mudah lalai dan lupa. Ketika nikmat dilimpahkan, untuk bersyukur saja terkadang tak ingat. Sementara ketika sandungan diberikan, keinginan protes terhadap takdir sering kali menggebu-gebu.

Padahal Allah SWT telah berfirman bahwa "Barangsiapa yang mensyukuri nikmat-Ku, niscaya akan Aku tambah. Dan barangsiapa yang mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun