Wawancara kerja saja sebenarnya sudah cukup bikin dag-dig-dug. Tapi anehnya, ketika dengar kata "HRD", kita masih bisa tarik napas. Begitu dengar, "Besok lanjut ke wawancara user, ya", rasanya perut langsung mules, tangan dingin, dan mulai overthinking.Â
Padahal bukankah HRD itu gerbang pertama? Lalu kenapa justru si user yang bikin jantung copot? Mari kita bedah bersama kenapa wawancara dengan user terasa jauh lebih menegangkan dari sekadar ngobrol dengan HRD.
HRD Itu Membahas Soal Soft Skills, User Itu Dunia Pekerjaan Yang Nyata
Biasanya, HRD akan menanyakan hal-hal yang lebih bersifat umum, seperti motivasi kerja, pengalaman organisasi, kelebihan-kekurangan, atau visi misi hidupmu. Pertanyaannya meski kadang menjebak, tapi masih bisa diprediksi. Bahkan kamu bisa nyontek di internet dan latihan dulu malam sebelumnya.
Tapi user? Dia nggak mau tahu kamu aktif di BEM atau pernah jadi volunteer acara kampus. User pengennya tahu, "Kalau saya kasih kamu data acak dan deadline mepet, kamu bisa nggak beresin?" Atau, "Kamu tahu tools yang kami pakai enggak?"
User adalah orang yang kelak akan kerja bareng kamu. Kalau kamu masuk timnya dan ternyata ngerepotin, ya dia juga yang akan kewalahan. Jadi pertanyaan mereka biasanya to the point, real case, dan menilai langsung apakah kamu kompeten atau tidak.
User Lebih Galak? Kadang Iya.
Bukan karena mereka jahat, tapi karena mereka sibuk. Beberapa user juga bahkan bukanlah full-time recruiter. Mereka mungkin adalah kepala divisi, manajer proyek, atau atasan langsung yang hanya punya 30 menit buat menilai apakah kamu layak jadi rekan kerja atau enggak.
Makanya mereka lebih straight to the point, jarang basa-basi, dan bisa terdengar lebih "seram" dibanding HRD. Mereka mungkin tidak terlalu peduli kamu gugup atau tidak. Selama kamu bisa jawab, problem solved.
Bahkan beberapa user sudah siap dengan skenario, "Gimana kalau kamu dikasih tugas yang kamu nggak ngerti sama sekali?" atau "Coba jelasin ke saya kenapa harus kamu yang saya pilih dari 30 kandidat lainnya." Intimidatif? Bisa jadi. Tapi di situlah mereka mengukur seberapa siap kamu bertahan di dunia kerja.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!