Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Pelamar Kerja Lebih Khawatir Wawancara Bersama User Dibandingkan HRD?

12 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 13 Juni 2025   01:08 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Interview (Sumber: Unsplash)

Karena User Lebih Banyak Pegang Kuasa Dibandingkan Bawahannya

Realitanya, keputusan akhir sering ada di tangan user. Bahkan ketika HRD sudah merasa cocok, kalau user tidak merasa klik, maka bisa saja proses rekrutmennya batal. Di mata pelamar, user seperti "final boss" dalam game RPG: jika gagal di sini, balik lagi ke awal.

Kadang, user juga bukan sekadar menguji skill. Mereka ingin tahu apakah kamu cocok dengan kultur tim, bisa cepat belajar, dan nggak akan drama. 

Maka jangan heran kalau ditanya, "Kalau ada konflik dengan rekan kerja, kamu biasanya gimana?" atau "Kalau saya koreksi hasil kerja kamu, kamu bisa terima?"

Tapi Jangan Salah, Kadang Justru User Lebih Fair

Di balik kesannya yang menegangkan, user justru sering lebih objektif. Mereka tidak peduli kamu lulusan mana atau IPK berapa, selama kamu bisa menunjukkan kamu bisa kerja dan cepat belajar. User bisa menilai langsung kapasitasmu dari caramu menjawab, menyelesaikan studi kasus, atau logikamu saat ditanya masalah teknis.

Beberapa user bahkan menghargai kejujuran. Kalau kamu belum pernah pakai tools tertentu tapi mau belajar, mereka akan anggap itu poin plus. Yang penting bukan seberapa banyak kamu tahu di awal, tapi seberapa cepat kamu bisa catch up dan adaptif.

Jadi Gimana Menghadapinya?

Pertama, ubah mindset. Jangan anggap user sebagai "pemeriksa akhir" yang menakutkan, tapi sebagai calon partner kerja. Kalau kamu lolos, kamu akan ketemu dia tiap hari jadi lebih baik tampil apa adanya, tapi tetap profesional dan siap.

Kedua, siapkan diri dengan riset. Pahami job desc, pelajari sedikit tentang proyek atau divisi tempat kamu akan kerja, dan siap-siap menjawab pertanyaan teknis dengan logika, bukan hafalan. Coba cari tahu juga gaya komunikasi user lewat LinkedIn atau media sosial perusahaan. Kadang itu bisa bantu kamu membangun koneksi saat wawancara.

Ketiga, jangan takut bertanya balik. Wawancara bukan cuma sesi uji mental. Kamu juga berhak tahu: seperti apa ritme kerja di tim itu? Seberapa besar tantangan yang akan kamu hadapi? Tunjukkan bahwa kamu bukan hanya butuh pekerjaan, tapi juga ingin memberi kontribusi yang nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun