Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keluarga, Rumah dalam Narasi Tanpa Suara

14 Maret 2020   20:59 Diperbarui: 14 Maret 2020   20:58 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fajar menyingsing tampak dari rumah (dokpri)

Walau dalam narasi tanpa suara,
Semua akan pulang ke rumah pada waktunya

Yang terjadi kemarin,
Yang sedang terjadi hari ini,
Dan yang akan terjadi nanti,
Tidak mengubah penilaianku

Sejauh aku mencintai,
Aku tidak akan pernah melarikan diri,
Sekalipun segudang masalah melingkupi

Kadang penat, kadang jenuh,
Mungkin itu pun hanya sebuah jeda,
Waktu sela mencari jawaban segudang pertanyaan,
Walau jawabnya sering kembali dalam narasi tanpa suara

Biar, bukankah penat, jenuh, pun ciri manusia?
Sebagian hal harus terjadi tanpa diminta

Sebagian hanya percaya bila melihat bukti,
Sebagian lagi bisa percaya tanpa melihat,
Keyakinannya mendahului bukti

Yang yakin, seringkali hanya secuil,
Hanya menjadi bagian kecil,
Tapi tak pernah ia kekurangan hasrat,
Hasrat berbagi keyakinan, bahwa itu benar adanya

Bagi si kecil, berbagi adalah bahagianya,
Sekalipun yang dibagikan hanya keyakinan,
Itu adalah pilihannya

Sekalipun karena hasrat, ia tak pernah kenyang,
Yang terjadi sesudahnya, dirasa tak penting untuk dihormat,
Itu memang pilihan jalan lain,
Tapi ia betul-betul meyakininya

Ia seumpama orang yang berjalan di jalan becek dan berlumpur,
Dungukah ia, saat menempuh jalan itu ketika hari hujan?
Sekali-kali tidak, karena itu tetap jalan terbaik

Walau becek berlumpur,
Itu adalah jalan kembali pulang,
Pulang menuju rumah

Sekalipun becek, rumah selalu lebih baik
Sekalipun berlumpur, jalan pulang tetap pantas,
Karena ia menuju rumah,
Bukankah ke rumah harusnya kita kembali?

Di rumah, kita harusnya selalu diterima,
Di rumah, kita harusnya tak pernah sendiri

Dengan caranya masing-masing,
Dan hanya dengan cara yang mereka bisa,
Rumah sepatutnya menjanjikan bahagia,
Di rumah sanalah keluarga saling berbagi rasa

Salam, kita satu keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun