Aku hanya penghela rasa dituntun hati yang datang pada-mu apa adanya,
Hati yang tak pernah luput dari merindu. Rasa yang semakin hari menjadi menggebu.
Menulis bukan sekadar merangkai huruf menjadi kata dan kalimat. Menulis juga berkontribusi terhadap ketajaman nalar dan rasa bahasa penulisnya.
Ditemani gelapnya sang Cakrawala Kudengar bisikan para bintang
Rajutan rasa itu masih kusimpan walau sudah terhempas ke dasar lautan kehidupan
Anak Menangis di Kuburan. Di Tanah Merah Berpeluk Duka. Rahasia Kematian. Titik Persinggahan. Puisi Duka
Rinai hujan basahi nabastala biru. Iringi benih-benih cinta bermekaran.
pada tantangan baru yang membakar semangat kita semakin dekat rasaku semakin pekat ambisi untuk menyatakan cinta semakin mencuat
Terkadang aku khawatir dengan dirinya, Takut ia merasa tertinggal karena orang-orang lebih suka berlari
ku tidak bisa penuhi hasrat-hasrat liarmu tentang hari yang begitu cepat berlalunasi batau sia-sia hari ini
Pada waktunya semua akan hilangEntah apapun sebabnyaTak tahu bagaimana mau disebutnyaBisa pergi, mati, pulang, bahkan tenggelamPada masanya semua akan
Ragaku duduk terpaku, seolah hal biasanamun jiwaku meronta tak kuasa menahan gejolak rasajantungku terasa ingin meledak
Puisi kedua dari sembilan rincian judul puisi tentang Sesuai, khususnya tentang Sesuai dengan yang Dirasakan Kalbu. Semoga bermanfaat.
Rasa yang tersia, terbuang meski tak seberapa, tersembunyi di balik gulma
Semesta seolah cemburu pada kisah kita, Prinsip yang kokoh itu ternyata tak benar-benar kokohKita tertipu
Dalam gulita malam Saat rasa kantuk mulai menjamah kesadaran
Coaching dengan prinsip kemitraan, percakapan aktif dan memberdayakan coachee.
Tiba-tiba cahayanya muncul menyilaukan. Terang, memalingkan, namun menenangkan
Entah jadi apa, di tengah lalu lintas waktu. Aku akan menjadi penjelajah kata yang tak pernah habis.