Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Love

Pelajaran dari Cinta Sejati

22 September 2025   01:02 Diperbarui: 22 September 2025   01:02 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Kamu Merasakan Hal Ini?

Pernahkah kamu merasa lelah membuka hati, karena ada satu nama yang masih terlalu kuat bertahan di dalam dirimu? Pernahkah kamu mencoba memberi ruang untuk orang baru, tapi akhirnya tetap kembali pada satu wajah yang tak tergantikan?

Itulah yang saya rasakan. Di titik ini, saya menyadari bahwa bukan karena tak ada yang datang, tapi karena hati saya sudah lebih dulu menemukan rumahnya---dan rumah itu masih dia.

Kenangan yang Tak Tergantikan

Ada saat di mana hati sampai pada titik lelah. Bukan karena tidak ada yang mencoba masuk, melainkan karena ruang itu sudah terlanjur penuh oleh satu nama yang tak tergantikan. Dia masih menjadi pusat dari segalanya, nomor satu yang tak pernah tergeser.

Saya tidak menutup pintu sepenuhnya. Beberapa orang hadir, memberi perhatian, mengajak berbagi cerita, bahkan mencoba membawa kebahagiaan baru. Namun kenyataannya, hati saya tetap menolak. Bukan karena mereka tidak baik, melainkan karena hati ini sudah terlalu terpaut pada dirinya.

Bagaimana bisa saya berpaling, jika kenangan bersamanya begitu hidup? Cara dia berbicara, cara dia mendengarkan, hingga cara dia menatap---semua itu begitu membekas. Ia meninggalkan jejak yang terlalu dalam untuk digantikan siapa pun.

"Cinta sejati tidak pernah memberi alasan untuk melupakan. Ia hanya tahu satu nama, dan bertahan di sana."

Malam Sederhana yang Berarti

Saya masih ingat malam ketika kami duduk lama di McDonald. Hanya berdua, berbincang panjang, tertawa kecil, dan merekam momen sederhana lewat foto dan video. Saat itu, dunia seakan berhenti. Hanya ada kami berdua, dan semuanya terasa sempurna.

Lalu ada malam di Caf Sedjuk. Dengan cahaya temaram dan suasana hangat, kami menikmati makan malam sederhana. Tapi yang membuatnya berharga bukanlah menunya, melainkan obrolan panjang yang penuh makna.

Yang paling indah adalah ketika kami berdoa bersama. Saat itu, saya merasa doa kami melangit menjadi satu. Ada ketenangan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

"Bahagia tidak selalu butuh mewah, kadang hanya butuh satu orang yang membuatmu merasa cukup."

Hati yang Tak Mau Berpaling

Dengan dia, setiap percakapan selalu berarti. Kami bertukar pikiran tentang hidup, mimpi, bahkan hal-hal kecil. Saya merasa benar-benar didengarkan, benar-benar dihargai. Itu yang membuatnya berbeda dari yang lain.

Membuka hati untuk orang baru setelah merasakan itu semua ternyata melelahkan. Setiap usaha terasa dipaksakan, karena hati ini menolak siapa pun yang mencoba masuk.

Ada orang-orang baik yang hadir, dengan tulus menawarkan kesempatan baru. Namun setiap kali, hati saya berbisik pelan, "Bukan dia."

"Sekali hati menemukan rumahnya, semua tempat lain hanya akan terasa persinggahan sementara."

Saya akhirnya mengakui: saya lelah membuka hati untuk yang baru. Karena hati ini masih terikat erat padanya. Dia tetap nomor satu, dan tidak ada duanya.

Pelajaran dari Rasa yang Dalam

Namun, di balik kelelahan ini, saya belajar sesuatu yang penting. Bahwa cinta sejati memang tidak bisa dipaksakan. Ia hadir dengan sendirinya, menetap tanpa izin, dan bertahan meski waktu terus berjalan.

Saya juga belajar bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti harus memiliki. Kadang cinta justru mengajarkan kita tentang kesabaran, ketulusan, dan menerima kenyataan dengan lapang dada.

"Cinta bukan hanya tentang bersama, tapi tentang siapa yang tetap ada dalam doa-doamu, meski jarak dan keadaan memisahkan."

Jika kamu pernah berada di posisi saya, percayalah: tidak ada yang salah dengan hatimu. Kita manusia, dan kita berhak merasakan cinta yang begitu dalam. Biarlah rasa itu menjadi kekuatan, bukan kelemahan.

Karena pada akhirnya, meski lelah, meski berat, cinta yang tulus selalu akan memberi kita satu hal: alasan untuk tetap berharap, alasan untuk tetap hidup dengan hati yang hangat.

Dan untuk kamu yang membaca ini: jangan takut bila hatimu masih bertahan pada satu nama. Biarkan cinta itu menjadi guru yang menuntun langkahmu, mengajarkan arti ketulusan, dan menumbuhkan keberanian untuk tetap hidup dengan penuh rasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun