Bantul (MAN 3 Bantul) – Peluncuran Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) oleh Kementerian Agama RI direspon cepat ( fast response) oleh MAN 3 Bantul. MAN 3 Bantul tidak hanya menjadi madrasah penyemai pemimpin umat tetapi juga penyemai cinta dengan pendekatan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). KBC merupakan upaya menyusun ulang orientasi pendidikan keagamaan di Indonesia. KBC ini tidak hanya berfokus pada transfer ilmu (transfer of knowledge), tetapi bertujuan menanamkan nilai-nilai cinta, kebersamaan, dan tanggung jawab ekologis sejak dini.KBC menjadi respons konkret atas berbagai krisis kemanusiaan, intoleransi, dan degradasi ekologi yang kian mengkhawatirkan.
Menurut Menteri Agama, Nasaruddin Umar, KBC lahir dari kegelisahan terhadap berbagai krisis kemanusiaan yang terus berulang. Ia meyakini pendidikan adalah pintu masuk untuk perubahan sosial yang lebih mendalam dan tahan lama.
“Kita bermaksud menciptakan suatu hegemoni sosial yang lebih elegan, yang lebih harmoni, dengan menekankan aspek titik temu, bukan perbedaan. Jangan sampai kita mengajarkan agama, tapi tidak sadar menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” tegas Menag Nasaruddin dalam peluncuran yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Kamis (24/7/2025).
Tujuan Kurikulum Berbasis Cinta guna membangun dan menyongsong peradaban, generasi tangguh menyambut generasi emas 2045. Cinta tidak hanya diajarkan atau disebarkan tetapi dihadirkan melalui sikap dan keteladanan.
Kenapa Kurikulum berbasis Cinta? Madrasah akan berhasil dan tercapai dengan baik dengan tiga indikator utama keberhasilan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta.
1. Madrasah Ramah Lingkungan (MRL)
Implementasi madrasah ramah lingkungan dengan mengelola sampah serta menanam pohon sebagai penguatan ekoteologi yaitu kesadaran bahwa manusia bukan penguasa atas alam dengan mengeksploitasinya, melainkan bagian dari sistem kehidupan yang harus dijaga bersama. Madrasah juga menjadi ruang menghargai ciptaan Allah, membangun budaya hemat energi. Mencintai lingkungan bukan sebatas menjalankan tugas piket tetapi bernilai ibadah.
2. Madrasah Ramah Anak (MRA)
Madrasah menjadi rumah kedua bagi peserta didik. Madrasah harus menumbuhkan sikap Inklusif dan toleran. Makhluk mempunyai hak sama untuk tumbuh, menjalin relasi sehat dalam keberagaman, Mengajarkan empati, Tidak adanya perundungan, bullying, kekerasan dalam madrasah baik dalam kegiatan pembelajaran dan pendidikan.
3. Sejahtera Mental dan Spiritual
Peserta didik madrasah tidak hanya cerdas akademik (IQ) tetapi Kuat emosinya (EQ). selain itu juga cerdas spiritualnya (SQ). Matang spiritual dapat dicapai melalui penguasaan IQ dan EQ tersebut. Melalui pendekatan social emotional learning, diharapakan madrasah berkontribusi membangun ketangguhan peserta didik. Madrasah juga harus menyediakan layanan konseling dan ruang aman bagi peserta didik. Pendidikan yang menyentuh hati, membangun madrasah yang peduli dan berbudaya.
Sedangkan, Kurikulum Berbasis Cinta dibangun atas lima nilai utama yang disebut Panca Cinta, yakni: Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cinta kepada Diri dan Sesama, Cinta kepada Ilmu Pengetahuan, Cinta kepada Lingkungan, dan Cinta kepada Bangsa dan Negeri (hubb al-wathan).
Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar transformasi kurikulum, tapi gerakan nilai. Sebuah upaya menciptakan ruang belajar yang mengasah nalar sekaligus menghidupkan nurani. Sebuah langkah berani menuju masa depan pendidikan yang tidak hanya membentuk pemimpin, tetapi juga hati dan karakter bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI