Ia melihat wajahnya di depan cermin. Cermin yang kecil berdebu. Wajahnya bergetar. Ia melihat wajahnya seperti melihat daun yang kering.Â
Tapi ia pikir, Â daun kering tak pernah menjadi sia sia. Semua persembahan telah ia tunaikan. Dan daun tetap kering. Begitupun wajahnya, Â yang bergaris, berbaris aliran sungai sungai yang tak dia harapkan mengering.Â
Ia membalik cermin itu. Dan ia masih bisa melihat harapan dengan jelas dan tenteram.Â
Tiba tiba lampu padam.Â