Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Joko Tingkir Bag 16

16 September 2025   21:43 Diperbarui: 16 September 2025   21:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekspedisi Pertama


Di pendapa istana Demak, pagi itu udara terasa berat, seolah ikut menyimpan rahasia yang sebentar lagi akan diucapkan Sultan. Para adipati, senopati, dan utusan dari daerah berkumpul dalam lingkaran. Semua menanti siapa yang akan menerima amanat baru.

Sultan Trenggana, dengan wajah yang tenang namun sorot mata tajam, memandang satu per satu hadirin. Lalu suaranya menggema, jernih seperti gamelan yang dipukul perlahan, namun menghunjam hingga dada.

Baca juga: Joko Tingkir Bag 4

"Raden Harya Tingkir," ucapnya sambil menoleh ke arah Karebet yang berdiri di barisan belakang. "Mulai hari ini engkau kuangkat menjadi Senopati Muda. Kau akan memimpin sepasukan prajurit menuju timur. Bukan hanya menguji keberanianmu di medan laga, melainkan juga kebijaksanaanmu menjaga keseimbangan antara pedang dan kata-kata. Daerah Panarukan belum sepenuhnya tunduk. Sebagian hatinya masih condong pada pengaruh luar. Engkau yang harus mengikatnya pada Demak."

Sejenak ruangan terdiam. Mata semua tertuju pada Karebet.

Ada yang menyambut dengan senyum setengah mengejek. Seorang adipati tua berbisik pada rekannya, "Anak muda ini baru saja diuji dalam gelanggang, kini sudah diminta memimpin. Apakah tak terlalu cepat, Sultan?"

Ada pula yang diam, namun matanya menyimpan bara dengki. Mereka tahu, kasih sayang Sultan pada Karebet kian nyata. Semakin ia menapak naik, semakin besar pula bayangan iri yang membuntutinya.

Baca juga: Joko Tingkir Bag. 2

Karebet sendiri menunduk, memberi sembah. "Hamba junjung titah Paduka. Dengan segenap jiwa dan raga, hamba akan menjaga panji Demak."

Baca juga: Joko Tingkir Bag 8

Malam itu, di barak prajurit, Karebet tidak memilih duduk di kursi tinggi yang disediakan untuk pemimpin. Ia berjalan di antara prajurit, duduk di tanah, makan seadanya dari wadah yang sama.

"Besok kita berangkat," katanya sambil tersenyum. "Aku ingin kalian tahu, aku bukan pemimpin yang duduk di atas singgasana. Aku berjalan bersama kalian. Jika kita lapar, kita lapar bersama. Jika kita haus, kita berbagi air seteguk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun