Padahal, mengapa kita meski menciptakan keadaan bertolak belakang padahal tidak ada satupun di dunia ini yang tercipta dengan sia-sia. Dan jangan dikira setelah merasa aman menyucikan jiwa, kita akan terbebas dari segala macam godaan. Yang ada, justru godaan akan datang dengan level godaan yang semakin berat.
Kita akan selalu lebih dekat dengan setan daripada Tuhan. Biasakanlah dan anggaplah mereka memang ditakdirkan untuk meningkatkan level keimanan seorang hamba (bagi yang benar-benar menghamba). Jika muncul pertanyaan kenapa? Silahkan tafsirkan sendiri keadaan zaman dan arah tujuan perjalanannya. Hingga akhirnya tumbuh benih kearifan dan juga kebijaksanaan untuk dapat memposisikan diri di tengah ketidakjelasan iman bahkan ketidakpastian takwa dan keniscayaan sesuatu yang disangka adalah ihsan.
Semua mulai pintar bersolek hingga sulit membedakan kejujuran dan yang memiliki potensi kecurangan paling besar. Seorang yang ditunjuk menjadi pemimpin dibutuhkan menjaga amanah atas segala urusan yang dipercayakan rakyat kepadanya. Tidak hanya mengakomodir cendekiawan namun juga para mantri di pelosok desa.
 Tidak hanya memperhatikan para pengusaha besar namun juga rakyat-rakyat di kaki pegunungan yang setiap hari naik ke lereng gunung saat fajar hanya untuk mencari seonggok kayu bakar. Apakah memikirkan pengusaha besar lebih rewel dibandingkan masyarakat di sekitar pegunungan?
Apa dipikir Nur Muhammad yang tercipta pertama kali hanya bermakna tentang kebaikan? Ketika ditelisik, mana yang lebih banyak mengandung hikmah antara kebaikan dan keburukan? Disaat cahaya itu menyelimuti segalanya. Mana yang lebih banyak mengandung pahala antara yang sunnah dan wajib?Â
Tapi apa gunanya semua ketidakpastian jika kita sendiri tidak tepat dalam memaknai apa itu muhabbah. Ketika semua adalah satu kesatuan atas refleksi cintaNya, sekalipun hidupmu nampak tak jelas bagi orang lain, semua akan menjadi keindahan dan kegembiraan.
 Ketika mencoba menata dan meletakkan kembali sesuatu pada tempatnya, jangan heran ketika dunia seolah menjauhimu. Terasing hanya akan menjadi sebuah masalah bagi mereka yang tidak mengenal sepi, namun bukankah justru harusnya beruntung mereka yang merasa terasing? Andai saja, ada waktu bagiku membalas pelukMu di atas tanah hijau ketidakpastian ini, meski sekejap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI