Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Senja di Hati Andini

9 Desember 2021   15:18 Diperbarui: 27 April 2022   01:09 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senja.| Sumber: Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya

Andini yang biasanya senang menonton basket sambil menyoraki Bisma sang idola sekolahnya, kini berubah haluan, memilih menikmati semilir angin di teras masjid saat istirahat. Tentu saja kebiasaan baru Andini membuat Santi, sahabatnya, terheran-heran. Ketika Santi mengetahui alasan Andini, dia habis-habisan meledek Andini.

"Din, kamu enggak salah minum obat, kan? Kenapa seleramu jadi turun pangkat?" tanya Santi dengan kening berkerut.

"Sstt .... Jangan berisik, nanti kedengaran yang lain." Andini menyengir kuda. "Kalau kamu tanya kenapa, aku sendiri enggak ngerti," sambungnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Ah, sableng kamu, Din. Tahu enggak sih, Arya itu enggak bakalan ngelirik cewek, apalagi cewek yang enggak pake kerudung macam kamu dan hobinya nongkrong di lapangan basket," olok Santi.

"I-iya, sih. Seminggu nongkrongin Arya di masjid, tiga kali berpapasan, Arya lempeng aja kayak enggak kenal," keluh Andini.

"Hmmm .... Tunggu aja nanti," bisik Andini

"Din, kamu ...."

"Ssttt." Andini berlalu bertepatan dengan bunyi bel pelajaran terakhir.

Esoknya, Andini datang ke sekolah dengan seragam yang bikin teman-temannya melongo. Ia berbusana muslim! Rok abu-abu dan baju lengan panjang dilengkapi dengan kerudung putih yang bertengger di kepalanya. Bau baju baru tercium bila berdekatan dengan Andini. Sesekali gadis berlesung pipi itu membetulkan kerudungnya yang miring, butuh setengah jam untuk memasang kerudung yang membingkai wajah tirusnya.

Kembali, istirahatnya banyak dihabiskan di teras masjid sekolah. Hari ketiga setelah berkerudung, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Arya. Dalam jarak 5 meter, Arya tanpa sengaja menatap Andini dan berpaling. Memang seperti itu sikapnya jika bertemu lawan jenis. Setelah melewati Andini, tiba-tiba didengarnya Arya bersuara.

"Hai, kamu yang beberapa hari lalu saya bonceng, kan?" tanyanya dengan sorot mata tak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun