Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

"Ndaru" Di Karang Randu

11 Mei 2024   04:38 Diperbarui: 11 Mei 2024   05:18 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandikala di Sudut Desa (dok.Pri)

"tentu boleh, tapi malam ini kalian harus beristiahat"

Kokok ayam jantan bersahutan. Malam tadi tidak ada rasa dingin menyelimuti. Semangat untuk melihat makam di puncak bukit Desa Karang Randu begitu memacu adrenalin mahasiswa KKN. Desas desus bahwa makam tersebut angker telah tertepis. Sebagai mahasiswa Program studi sejarah, menyimak kisah pak Kasiman ibarat tengah menyelami sejarah kepemipinan desa bagi Chery. Lain halnya bagi Bruno yang menjadikan perjalanan mendaki puncak bukit sebagai sebuah cara berolahraga. Maklumlah dia mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. 

Begitu sampai di puncak bukit, ketujuh mahasiswa lagi-lagi dikejutkan oleh sosok misterius Pak Min. Dia tengah duduk bersila. Dihadapannya terdapat asap mengepul yang berasal dari dupa. Terlihat makam mandan Kepala Desa Karang Randu tersebut bersih terawat. Terdapat bunga melati dan serpihan mawar yang tertabur diatas pusaranya. Terlihat masih segar.

Pak Man mempersilahkan mahasiswa KKN untuk mendekat dan memanjatkan doa bersama. Seiring dengan bias cakrawala yang menyembul keemasan dari puncak bukit, pagi itu terasa indah. Sejenak mereka lupa bahwa mereka sedang KKN. Jiwa piknik Joni yang merupakan mahasiswa Ilmu Pariwisata meronta ronta. Kamera ponselnya membidik indahnya sunrise di puncak bukit Karang Randu Sementara Drea yang kuliah di Fakultas Sastra tengah mengabadikan indahnya semesta melalui rangkaian kata yang dia sulam dalam sanubarinya. 

Berbeda halnya Eling Waspada,  mahasiswa pemberani yang memilih program studi yang jarang diminati yakni studi sastra Jawa Kuno. Diam-diam dia mewarisi ilmu kebatinan dari Kakeknya buyutnya yang merupakan Demang pada zaman penjajahan. Eling yang sedari tadi diam tak banyak bicara ternyata berupaya melakukan kontak dengan Dahyang Karang Randu. Dia masih penasaran dengan ndaru yang diperebutkan menjelang pemilihan kepala desa. Diam-diam Eling mengambil salah satu kerikil berwarna hijau dari sekitar makam.

Siang belumlah menyengat. Hari Jumat tak banyak yang dijalankan. Sepulang dari makam di Puncak Bukit Desa, semua terlihat lega. Tidak ada lagi cerita misteri yang membuat mereka takut selama melaksanakan KKN. Hanya Eling Waspada saja yang sedikit bertingkah aneh. Seporsi nasi sayur sop dan ayam goreng yang merupakan menu makan siang tak disentuhnya. Begitupun saat camilan pisang goreng ditawarkan, Eling hanya menggelengkan kepala.


Rembang petang tiba. Saat sebagian warga menutup pintu dan jendela karena memasuki waktu sandikala. Tiba-tiba, Eling dengan tangan mengepal berteriak lantang.

"Karang Randu aku datang"

"Pasti menang"

Ketiga rekan mahasiswanya sontak dibuat kaget, dan hanya bisa mengamati perilaku aneh. Mereka bingung sebab Pak Lebe sedang tidak berada di rumah. Saat maghrib itulah Eling berjalan menuju rumah pak Kepala Desa yang menjadi posko putri. Saat mengetuk pintu dan dibuka oleh Drea, awalnya ia mengira Eling sedang bergurau.

"Pak Kades apa ada di rumah?, saya datang membawa Ndaru" begitu ujar Eling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun