Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

"Ndaru" Di Karang Randu

11 Mei 2024   04:38 Diperbarui: 11 Mei 2024   05:18 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandikala di Sudut Desa (dok.Pri)

Sebagai ketua Kelompok, Agusto mencoba menenangkan teman-temannya sembari mengingatkan bahwa besok pagi mereka akan berkenalan secara formal kepada perwakilan warga  dan perangkat desa di pendopo. 

Pagi menjelang, warga desa beraktifitas seperti biasa. Hanya ketujuh mahasiswa KKN saja yang masih tak biasa dengan aktifititas mandi pagi dengan air pegunungan yang dingin menusuk tulang.  Beruntung di meja ruang tamu telah terhidang cangkir-cangkir berisi teh jahe dan pisang rebus, menu sarapan yang jarang mereka temui.

Pak Sartomo, selaku Kepala Desa memberi pengantar sekaligus mengenalkan kelompok mahasiswa yang akan melakukan KKN selama satu bulan di Desanya. Terlihat pak Carik, Pak Lebe , Pak Aman dan perangkat lainnya manggut-manggut saat pak Kades menyebut mahasiswa akan membantu  pamong desa dengan program kerja yang memajukan warganya.

Diam-diam mata Drea awas melihat wajah warga desa satu persatu. Agaknya dia masih penasaran dengan sosok lelaki paruh baya berbaju hitam yang membuatnya pucat pasi malam tadi. Nihil, tak satupun wajah bapak-bapak yang hadir di pendopo desa menyerupai wajah bapak misterius semalam.   

Program kerja pertama mahasiswa KKN di Desa Karang Randu adalah warnaisasi, program mengecat ulang beberapa bangunan Desa yang tampak lusuh, termasuk gapura yang berupa dua tiang penyangga dan lengkung memanjang bertuliskan nama desa yang tampak tidak terpelihara. Sebelumnya pak Lebe memperingatkan agar memilih warna alam, hindari warna tertentu yang bisa menyingung penunggu desa.

Ditengah kesibukan mahasiswa KKN menjalankan prokernya, Drea masih penasaran dengan Bapak berbaju hitam. Sudah hampir satu minggu dia masih belum bertemu sosok itu. Hingga tiba saat mereka mendengar desas desus mengenai pemilihan kepala desa yang akan digelar kurang lebih 3 minggu kedepan. 


Malam itu, tim mahasiswa putri berkunjung ke posko mahasiswa putra di rumah pak Lebe.  Letaknya hampir berada di ujung desa. Sekelilingnya tampak kebun bambu. Rumah pak Lebe jauh lebih sederhana. Kamar mandinya berada di luar. Konon hanya Eling Waspodo yang berani ke kamar mandi ketika malam tiba. Sementara 3 lainnya selalu merasa seram ketika harus ke kamar mandi saat malam. 

Awalnya tidak ada niat bagi tim mahasiswa Putri untuk bermalam di rumah Pak Lebe. Rasa penasaran dengan persiapan Pilkades itulah yang menyebabkan tim putra dan tim putri meminta ijin agar bisa bermalam bersama di rumah pak Lebe, lagi-lagi dengan alasan menyelesaikan rencana proker yang belum matang.

Kedekatan Eling dengan pak Lebe menjadi celah mengorek kisah Pilkades di Karang Randu. Bertepatan dengan malam Jumat, seusai pak Lebe memimpin pengajian di salah satu rumah warga, ketujuh mahasiswa bersiap menyimak cerita. Sedikit resah mereka menunggu kepulangan pak Lebe,sebab malam kian larut.

Waktu menunjukkan pukul 21.30. Suasana di rumah pak Lebe sedikit berbeda dengan di rumah pak Kades. Lampu cenderung temaram. DI beberapa dinding rumahnya dipasang kaligrafi ayat suci. Entah kenapa bunyi detik jarum jam menjadi lebih terdengar. Mungkin akibat sekeliling rumah pak Lebe dikeliligi kebun bambu. Suasana semakin kurang menyenangkan manakala Cherry merengek minta antar ke kamar mandi.

Kompak ketujuh mahasiswa menyalakan senter dari gawai masing-masing untuk mengantar Cherry ke kamar mandi yang terletak di belakang rumah pak Lebe dan agak terpisah. Terdapat sumur yang tampak kuno di salah satu sudutnya. Sementara sudut lain terlihat ada jalan setapak menuju ke lereng bukit di kaki Gunung Slamet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun