Bayangan itu semakin lama semakin mendekat. Dengan penerangan minim cahaya, mereka tidak bisa memastikan apa yang nampak dari kejauhan. Semua sudah siap lari tunggang langgang ketika sosok yang muncul adalah bapak berbaju hitam yang mereka temui saat awal masuk Desa Karang Randu.
Drea menjerit kencang meski tangannya terus berpegang erat pada teman lainya.
Bruno ternyata sudah lari terlebih dahulu masuk ke rumah pak Lebe. Beruntung Pak Lebe baru saja tiba dirumah. Mendapati Bruno ketakutan lari dari pintu belakang, Pak Lebe bergegas melihat ada apa gerangan.
Sosok Lelaki berbaju hitam hanya melihat wajah mahasiswa yang ketakutan dengan tatapan tajam sembari berdehem
"Ehmmm"Â
sebelum dia bergegas pak Lebe terlebih dahulu mengenali laki-laki itu dan memanggil namanya.
"Min, Kasimin mampir disit ngeneh" Suara ramah pak Lebe  meminta bapak berbaju hitam untuk singgah menyadarkan mahasiswa KKN yang masih ketakutan.
Eling menarik nafas lega dan melepas cengkeraman tangan Drea yang nyaris melukainya.
Cepat pak Lebe menyalami lelaki yang dipanggil  Pak Min, yang memiliki nama lengkap Kasimin.Agaknya Pak Lebe memiliki kewibawaan lebih sehingga bisa membuat lelaki berbaju hitam itu akhirnya berkenan masuk ke rumah melalui pintu belakang.
Secangkir kopi hitam tanpa gula disajikan khusus buat pak Min, tamu istimewa bagi para mahasiswa di malam Jumat. Kisah misteri tentang Desa Karang Randupun mulai terkuak. Pak Lebe bercerita sembari menghadirkan salah satu pelaku sejarah. Entah kenapa aura mistis begitu kuat terasa malam itu.
Friska, Chery dan Drea rela meminum kopi pahit tanpa gula demi menyimak kisah tersebut tanpa rasa ngantuk. Wajah pak Kasimin sesungguhnya tidak begitu menakutkan. Namun entah kenapa, baju hitam yang ia kenakan membuatnya terkesan misterius. Dulu Pak Kasimin adalah salah satu calon kepala desa. Dia terpaksa mengalah karena adiknya yang bernama Kasiman yang merupakan seorang sarjana ,juga berniat mencalonkan diri. Akhirnya Kasimin mengalah, dan merelakan adiknya untuk maju berlaga di pilkades.