Hari Maritim Nasional 23 September mengingatkan bahwa laut adalah identitas, kekayaan, dan masa depan Indonesia—namun masih jauh dari terwujudnya keda
Seperti koi yang melompat keluar kolam, banyak yang terjebak ilusi surga di luar negeri—yang menanti bukan kebebasan, melainkan kematian.
80 tahun merdeka, tapi janji perlindungan, kesejahteraan, dan kecerdasan bangsa belum tuntas. Dua dekade menuju 2045 jadi penentuan.
Presiden Prabowo hapus tantiem untuk Direksi dan komisaris BUMN. Populisme semata, atau langkah awal reformasi tata kelola?
Menulis adalah tindakan sunyi, namun mendalam. Ia bukan sekadar ekspresi, tapi warisan eksistensi yang abadi—meski tak disorot, tetap bermakna.
Teknologi menulis berbasis AI kian canggih, namun kualitas berpikir tetap perlu dijaga agar manusia tidak kehilangan kendali atas narasi ilmiah.
Bendera One Piece berkibar jelang HUT RI ke-80. Protes kreatif atau ancaman bagi demokrasi? Simbol pop culture ini memantik perdebatan.
Pramuka bukan sekadar kegiatan alam terbuka. Ia adalah laboratorium karakter yang membentuk manusia unggul, siap menyongsong Indonesia Emas 2045.
Konflik Thailand–Kamboja soal Kuil Preah Vihear jadi alarm bagi Indonesia: cegah sengketa berubah jadi perang terbuka yang merugikan semua pihak.
Kemiskinan tak cukup diukur dengan pengeluaran. Kita butuh pendekatan multidimensi agar kebijakan tepat sasaran dan berpihak pada martabat manusia.
Jika kita gagal melindungi sungai hari ini, kita sedang menyayat masa depan anak-anak kita.
Navigasi udara makin canggih, tapi regulasi belum siap mengimbangi. Tanpa aturan berbasis prediksi dan kapasitas dinamis, inovasi bisa lumpuh.
RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional tak kunjung disahkan. Padahal, langit Indonesia bukan ruang kosong—melainkan batas kedaulatan yang harus dijaga.
Tanpa SDM unggul, Indonesia hanya jadi pasar—bukan pemain—di tengah dominasi ekonomi Amerika dan derasnya investasi asing.
Cita-cita Indonesia Emas 2045 terancam gagal jika generasi mudanya terus dicekoki rokok dan vape.Bangsa Indonesia harus memilih rokok atau masa depan
Drone bantu logistik & pertanian, tapi ancam penerbangan sipil jika tak dikendalikan. Langit makin padat, siapa yang bertanggung jawab?
Pendidikan anak butuh kolaborasi: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Mendidik tak bisa diserahkan sepenuhnya ke lembaga pendidikan.
Cuaca ekstrem dan turbulensi parah makin sering terjadi di langit dunia.
Indonesia Emas tak lahir dari anak yang candu layar. HTT harus jadi momentum mengembalikan waktu anak untuk tumbuh, belajar, dan berkreasi.
Indonesia butuh lebih dari sekadar infrastruktur—ia butuh pemimpin berakhlak, seperti yang diajarkan Imam Asy-Syafi’i: jujur, amanah, dan adil.