Mohon tunggu...
Wisnu Darjono
Wisnu Darjono Mohon Tunggu... Presiden CSAS Indonesia ; Pembina Yayasan Dirgantara ; Dosen PPI Curug ; Pengamat Penerbangan, Masalah Sosial dan Kebijakan Publik

Hobi membaca dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan Penerbangan, masalah sosial maupun Kebijakan Publik, diskusi dan bertukar pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rokok, Ancaman Masa Depan Bangsa

25 Juli 2025   09:34 Diperbarui: 25 Juli 2025   12:18 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia memasuki jendela demografi emas yang akan mencapai puncaknya pada 2045, tepat saat republik ini berusia 100 tahun. Pemerintah mencanangkan visi "Indonesia Emas 2045" dengan fokus pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai fondasi daya saing global. 

Namun, kualitas SDM tak bisa dibangun di atas fondasi yang rapuh, seperti kesehatan yang terganggu sejak remaja akibat kecanduan rokok dan vape.

Fakta pahitnya: jutaan anak Indonesia hari ini tumbuh dalam lingkungan permisif terhadap konsumsi rokok. Jika tidak ada intervensi nyata, impian menjadi negara maju di 2045 akan menjadi fatamorgana.

Prevalensi Rokok dan Vape: Data 2025 yang Mengkhawatirkan


Laporan Kementerian Kesehatan dan hasil Survei Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2025 menunjukkan bahwa:
*Prevalensi perokok anak (usia 10--18 tahun) melonjak dari 9,1% (2018) menjadi 13,8% pada 2025.
*Penggunaan vape meningkat tajam, terutama di kalangan remaja SMA dan mahasiswa, dengan prevalensi mencapai 11,5%, naik hampir dua kali lipat dibanding 2022.
*Lebih dari 60% anak usia sekolah terpapar iklan rokok di media digital dan luar ruang.

Fenomena ini bukan sekadar angka. Ini adalah gambaran suram dari generasi muda yang telah menjadi target industri nikotin sejak dini, menggunakan celah regulasi dan lemahnya pengawasan sebagai senjata utama mereka.

Rokok dan Masa Depan Generasi Muda Indonesia


Rokok bukan sekadar urusan kebiasaan. Ia adalah pembunuh diam-diam. WHO mencatat rokok sebagai penyebab utama penyakit tidak menular seperti kanker paru, jantung, dan stroke---yang seluruhnya menggerogoti produktivitas usia muda.

Konsumsi rokok sejak dini terbukti menurunkan fungsi kognitif, mengganggu konsentrasi belajar, dan meningkatkan risiko putus sekolah. Anak-anak yang kecanduan rokok cenderung memiliki performa akademik rendah dan lebih rentan terhadap perilaku menyimpang seperti konsumsi alkohol dan narkoba.

Bayangkan: generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuan pembangunan justru kehilangan potensinya karena terjebak dalam candu industri tembakau.

Cukai Rokok: Pendapatan Negara yang Menyesatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun