Yahoo gagal di sini. Mereka punya email, berita, hingga Flickr, tetapi tidak pernah menjadi ekosistem yang saling menguatkan. Semua produk berjalan sendiri-sendiri, mudah ditinggalkan, mudah tergantikan.
Pilar Kelima: Keberanian Mengorbankan Kenyamanan
Netflix adalah kisah keberanian. Mereka memulai dengan mengirim DVD lewat pos, tetapi melihat peluang streaming lebih besar. Alih-alih bertahan di zona nyaman, Netflix rela membunuh bisnis lama demi masa depan digital. Kini, mereka bukan hanya penyedia konten, tetapi juga produser global.
Bandingkan dengan Kodak. Mereka takut membunuh bisnis film, padahal itulah yang justru dibutuhkan untuk bertahan. Kenyamanan seringkali menjadi jebakan yang paling mematikan.
Benang Merah: Sistem, Bukan Produk
Sejarah perusahaan-perusahaan besar mengajarkan bahwa keunggulan sejati bukanlah teknologi tertentu, produk populer, atau pangsa pasar besar. Itu semua bisa hilang. Yang bertahan adalah sistem: inovasi yang terus berjalan, budaya organisasi yang hidup, kedekatan dengan konsumen, ekosistem yang saling menopang, dan keberanian meninggalkan kenyamanan.
Kodak pernah punya teknologi, Nokia punya distribusi, Yahoo punya pasar, BlackBerry punya niche. Namun mereka tidak punya sistem yang mampu menghidupkan ulang keunggulan ketika zaman berubah. Sementara Amazon, Toyota, Apple, dan Netflix menunjukkan bahwa keunggulan berkelanjutan bukanlah trofi, melainkan proses yang tidak pernah selesai.
Pada akhirnya, pertanyaan kritis bagi setiap organisasi adalah:
Apakah kita sedang membangun "produk unggul" untuk hari ini, atau sedang membangun "sistem yang membuat kita selalu unggul" di hari esok?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI