Pak Karto bukanlah tipe orang yang mengharapkan uang untuk membantu seseorang. Niatnya tulus karena merasa kalau menghakimi orang tidaklah baik.
"Pak, terimalah pemberian saya ini. Saya ikhlas."
"Saya juga tulus membantu Bapak. Jangan pernah membayar kebaikan orang. Termasuk saya," ucapnya dengan senyuman mengembang. "Oya, saya pergi dulu ya. Mau makan siang."
Pak Karto berbohong akan makan siang. Padahal dia tidak punya uang sepeserpun untuk membeli nasi. Uang kemarin sudah habis untuk membeli obat dan sebungkus nasi. Belum lagi karena seringnya kehilangan uang yang diletakkan di bawah tikar tempat dia tidur. Tetap bersabar dan tak mau ada keributan hanya gara-gara uang sedikit.
***
Di ujung jalan, terlihat laki-laki tua tengah duduk lemas sembari memegang perutnya. Sudah satu jam dia duduk menahan lapar. Tak lama dia terjatuh dan tak sadarkan diri. Orang-orang sekitar berlarian untuk memberi pertolongan. Warga berkerumun dan bingung mau ke mana dibawa lantaran tak ada yang mau berkorban untuk mengeluarkan uangnya untuk biaya pengobatan.
Seketika mobil mewah berhenti tepat di dekat kerumunan. Tanpa berpikir panjang, si pemilik mobil langsung meminta warga untuk mengangkat Pak Karto ke dalam mobil. Warga langsung melakukannya.
Dua jam berlalu. Pak Karto sudah terlihat segar dan sehat setelah mendapat pertolongan dari klinik.
"Di mana ini?" tanya Pak Karto dengan heran seraya melirik ruangan yang ditempati.
"Pak, sekarang kita ada di klinik," sahut orang kaya itu. "Gimana keadaan Bapak, sudah enakan?"
"Loh, emangnya saya kenapa? Kok, ada di sini?"