Public speaking pejabat kita memang gawat dan bahkan bisa dikategorikan darurat! Datangnya susul-menyusul. Belum lagi usai dampak pernyataan Bupati Pati yang menantang demonstran dan anggota dewan Ahmad Sahroni yang mengatai rakyat, muncul lagi kasus Walikota Prabumulih terkait mutasi seorang kepala sekolah SMP yang ditengarai karena sang kepsek menegur anak sang walikota yang membawa mobil pribadi ke sekolah.Â
Pernyataan klarifikasi sang walikota yang mengatakan sang kepsek memang sudah bermasalah karena adanya aduan dari sejumlah pihak justru memperkeruh masalah. Sesudah netizen menunjukkan kuasa mereka lewat 'rujakan gurih nan pedas' dari jempol dan kalimat-kalimat syahdu nan mengharu-biru, akhirnya Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri sampai turun tangan sendiri dan memberikan sanksi teguran tertulis, yang dikatakan cukup berat bagi seorang ASN.
Para pejabat kita tampaknya terjerat ilusi kekuasaan. Sebagian mereka mungkin merasa prestasi mereka bercokol di pucuk kekuasaan sudah menandakan mereka otomatis memiliki kemampuan public speaking hebat. Kan mereka sudah berhasil meyakinkan pemilih dan juga sudah sehari-hari berinteraksi dengan masyarakat?
Padahal, bisa jadi itu asumsi sendiri yang didorong rasa geer berlebihan. Harusnya para pejabat itu mulai berkaca untuk menilai kemampuan public speaking mereka secara akurat.
Tulisan Dr Ermanto, seorang dosen di Universitas Negeri Padang, berjudul "Ukur Kemampuan Berbicara Anda" yang dimuat di Majalah Intisari edisi April 2011 memberikan alat ukur itu. Dia membuat matriks daftar pernyataan dan skala ukur sebagai turunan dari tiga komponen public speaking yang baik: kemampuan berbicara, kerja sama, dan sopan santun.
Ada 15 pernyataan dalam tabel matriks itu. Kita kemudian merespons setiap pernyataan dengan 1) sering, yang memiliki poin 1, 2) jarang, yang memiliki poin 2, dan 3) tidak pernah, yang poinnya adalah 3.
Berikut 15 daftar pernyataannya:
1) Memberikan informasi sesuai harapan pendengar
2) Menggunakan kalimat/tuturan yang sedang (tidak panjang/pendek)
3) Menyampaikan informasi yang diyakini kebenarannya