Ungkapan "Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya" barangkali sangat tepat untuk menggambarkan proses regenerasi di majalah kantor MAOS.
Hari ini saya ingin membuat tulisan tentang majalah kantor tempat saya dulu bekerja. Namanya adalah MAOS, yang merupakan kependekan dari Majalah Otsuka. Sebuah majalah yang terbit dua bulanan yang menjadi media komunikasi internal di perusahaan farmasi PT Otsuka Indonesia.
Ketika awal terbit dulu majalah ini masih memakai nama MaOS (Majalah Arek Otsuka) dengan mengusung tagline Asyik, Bebas, Bermanfaat. Namun jejak tahun 2023 penulisan namanya berubah menjadi MAOS dengan tagline baru Edukatif, Informatif, dan Inspiratif.
Seluruh wartawan yang bekerja untuk majalah MAOS ini berasal dari karyawan perusahaan sendiri. Mereka melakukan kegiatan jurnalistik di luar tugas pekerjaan utamanya sebagai karyawan.
Walaupun yang menjadi wartawan adalah karyawan perusahaan, namun mereka sudah mendapat bekal pelatihan jurnalistik yang mumpuni. Termaauk juga mendapat pelatihan fotografi jurnalistik dari  fotografer profesional.
Maka jangan heran bila majalah MAOS ini mampu bertahan hingga 26 tahun sejak terbit perdana pada tahun 1999 silam. Dan saya termasuk menjadi salah satu wartawan generasi pertama yang ikut penerbitan perdana MAOS.
Sejak bergabung dengan majalah MAOS saya tidak pernah lepas dari dunia tulis menulis. Jujur saja kemampuan menulis saya menjadi berkembang sejak menjadi wartawan MAOS. Walaupun kebanyakan tulisannya berupa artikel berita. Tapi, juga ada tulisan-tulisan features seperti profil tokoh.
Dari waktu ke waktu kemampuan menulis  terus saya asah dengan menerima berbagai tugas liputan. Termasuk juga menyiapkan mental untuk bisa wawancara langsung dengan para pimpinan. Kemudian harus bisa menuliskan hasil wawancara tersebut untuk  menjadi sebuah artikel berita yang baik.
Menjalankan tugas jurnalistik pada waktu itu tidak semudah sekarang. Kami melakukan liputan wawancara dengan memakai tape kecil untuk merekam dengan pita kaset. Sedang foto kami masih memakai kamera manual yang diisi dengan roll film. Hasil fotonya harus dicetak dulu ke studio foto sebelum dipilih dan dikirim ke percetakan untuk dipakai pelengkap artikel.
Berbeda dengan jaman sekarang yang sudah serba maju. Untuk liputan cukup dengan membawa hp yang memiliki spec bagus yang bisa digunakan untuk merekam, memfoto, hingga menulis artikel.
Dulu kami harus memutar kaset berulang-ulang untuk menuliskan kembali hasil wawancara dengan nara sumber. Tulisan hasil wawancara di buku selanjutnya dipindah ke computer. Naskah yang sudah jadi di computer selanjutnya disimpan pada disket untuk dikirim ke percetakan.
Ketika awal-awal menjadi wartawan kebanyakan dari kami belum bisa mengoperasikan computer. Maklum sebagian besar dari kami adalah bekerja di bagian produksi, bukan di kantor yang ada fasilitas computer.
Untuk mengatasi gaptek computer ini saya memutuskan untuk ikut kursus computer di luar. Waktu itu program kursus computer yang saya ambil adalah MS Office dengan program Word dan Excel. Bekal ilmu computer ini kelak banyak membantu aaya dalam menjalankan tugas jurnalistik menjadi wartawan MAOS.
Walaupun MAOS ini media internal perusahaan, tapi kami para wartawan diperkenankan untuk menulis berita di luar. Seperti membuat liputan tempat wisata atau warung kuliner.
Termasuk juga meliput para artis untuk rubrik hiburan. Nama-nama seperti Kartolo, Inul Daratista, Topan-Lesus, Chrisye, Ucok AK adalah deretan nama artis yang pernah kami liput untuk dimuat di MAOS.
Dan seiring dengan berakhirnya masa tugas saya sebagai karyawan pada bulan April 2025 silam, maka beeakhir juga tugas saya menjadi wartawan MAOS. Posisi terakhir saya sebagai Pimpinan Redaksi dilanjutkan oleh M Akroma yang menjadi penerus tongkat estafet generasi baru wartawan MAOS.
M Akroma bersama dengan temannya para wartawan MAOS yang lain sudah kami persiapkan sejak beberapa tahun sebelumnya.
Saya dan para wartawan senior MAOS menyadari bahwa kami tidak bisa selamanya bekerja di perusahaan. Dan ketika waktu purna tugas tiba, maka harus ada karyawan yang menggantikan tugas kami sebagai wartawan MAOS.
Saya yang merupakan wartawan MAOS generasi pertama yang purna tugas paling akhir, telah mendampingi M Akroma dan kawan-kawan selama ini. Tujuannya agar mereka kelak siap untuk mengemban tugas menjadi pengelolah majalah MAOS berikutnya.
Seperti kutipan di awal tulisan ini, "Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya".
Masa tugas kami para wartawan MAOS senior telah usai seiring masa purna tugas kami. Dan sekarang waktunya wartawan MAOS muda untuk melanjutkan tongkat estafet sesuai dengan jamannya.
Dan saya bisa berbangga hati ketika pagi ini bisa kembali membaca majalah MAOS karya tulisan dan kreasi para wartawan muda. Dan untuk pertama kali saya membaca MAOS yang tidak ada nama saya di dalamnya setelah 26 tahun menjadi bagiannya. Semoga ke depan MAOS akan semakin baik.
Lawang, 22 Agustus 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI