Perjamuan tawa haha-hihi yang berdiri di ambang batas;
Entah memang teramat lucu,
Atau perih yang terlalu pedih, hingga luka yang memaparku aku kira itu bercanda.
Bagai ban meletus ketika sedang dikejar waktu yang kian menipis, semangat yang loyoh ku pompa dengan megap-megap sesegera mungkin aku tetap harus merayakan ironi;
Menangisi kebahagiaan,Â
Menghidupi kematian rasa,
Memisahkan pertemuan dendam,
Mengheningkan keramaian berpikir,
Menelan ego yang muntah,
Dan menumpahkan kebohongan dari rasa percaya yang t'lah tertuang.
Kali ini aku benar-benar dipaksa optimis, dengan segala kekecewaan yang kutelan dari berbagai macam janji, baik yang tertulis maupun yang terucap. Memangnya kau sanggup ?Â